Lihat ke Halaman Asli

Fajar

PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

Di Balik Kicauan Jumat Keramatnya Anas

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika mau jujur, elektabilitas Demokrat memang kian hari kian terpuruk pasca ditangkapnya sejumlah kader Demokrat karena kasus korupsi. Pakta integritas yang dilakukan SBY untuk menyelamatkan perahu Demokrat dari kekaramannya jelang 2014 seolah tidak membuahkan hasil signifikan perbaikan citra partai di mata publik.

Di tengah citra Demokrat yang kian hari kian terpuruk, seberkas pengharapan muncul dari kicuan Anas pada Jumad (17/1/2014) lalu. Melalui akun @anasurbaningrum terbaca kicauan Anas bagi peluang untuk sedikit menaikkan elektabilitas Demokrat. Apa saja yang dikacaukan Anas?

Anas memimpikan agar Demokrat memilih duet antara Dahlan Iskan (DI) dan Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Menurut Anas, duet DI-SBY ini paling berpeluang menyelamatkan Demokrat dari situasi krisis yang sedang dialaminya. Mengapa tidak?

Elektabilitas DI sangat tinggi dibandingkan dengan capres konvensi Demokrat lainnya. Diharapkan dengan tingginya elektabilitas DI bisa mendongkrak perolehan suara Demokrat. Apalagi ada satu syarat dalam konvensi bahwa siapa pun yang menjadi capres Demokrat adalah juga kader Demokrat. Dengan dicapreskannya DI, maka suka atau pun tidak, DI harus masuk menjadi kader Demokrat. Ini menjadi nilai plus bagi Demokrat. Mengapa?

Tidak bisa dipungkiri bahwa animo masyarakat Indonesia saat ini sebenarnya tidak lagi terlalu fanatik dengan sebuah partai politik. Sama seperti perilaku para 'politikus kutu loncat' yang tidak punya kemantapan ideologis di dalam partai politik, demikian pun kondisi masyarakat Indonesia. Rakyat hanya melihat partai sebagai kendaraan/ tunggangan bagi para politikus untuk menjadi pemimpin. Karena itu, rakyat yang adalah juga para memilih terkadang lebih melihat siapa tokoh yang diusung sebuah partai daripada partai pengusungnya sendiri.

Dalam hal ini, usulan Anas, agar DI diduetkan dengan SBY bisa menjadi peluang baru. Siapa tahu dengan menjadikan DI sebagai capres serentak salah satu kadernya, citra positif Demokrat di mata rakyat yang memang juga agak gandrung dengan gaya kepemimpinan DI dapat diperbaiki.

Bagaimana dengan posisi SBY yang selalu diusulkan Anas sebagai cawapres 2014 bagi Demokrat? Jujur saya, duet DI-SBY tidaklah jelek-jelek amat. Bagaimana pun juga masih ada rakyat yang masih mengagumi Presiden SBY. Siapa tahu dengan pengalamannya menjadi presiden selama dua periode, SBY bisa memberikan masukan positif dan konstruktif untuk DI dalam kepemimpinannya. Apalagi satu-satunya tokoh yang paling kuat dan paling berpengaruh di Demokrat yang bisa dijadikan cawapres saat ini boleh dibilang SBY karena Demokrat masih diindentikan dengan SBY.

Diharapkan dengan sinergi kepemimpinan DI-SBY, Partai Demokrat bisa lolos dari masa krisisnya dan kembali bersinar jelang pileg 2014 yang tinggal hitungan bulan.  Tidak ada cara lain yang lebih instan bagi Demokrat untuk mendongkrak elektabilitas Demokrat dalam waktu singkat ini selain mengindahkan kicauan Jumat keramatnya Anas Urbaninggrum dari tahanannya.

Apakah Demokrat akan menangkap peluang itu? Apakah SBY mau berendah hati untuk sekedar dijadikan wapres seperti usulan Anas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline