Lihat ke Halaman Asli

Fajar

PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

Semiotika Iklan: Buruan Tampil Cakep dan Cantik

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1368089854274941423

[caption id="attachment_242490" align="aligncenter" width="424" caption="Ilustrasi (chitchatmedio.Com)"][/caption]

Banyak orang terobsesi dengan wajah cakep, cantik, dan manis. Singkatnya, wajah yang sedap dipandang. Salon-salon dan berbagai layanan menawarkan berbagai macam cara untuk memodifikasi wajah. Biasanya banyak dikunjungi orang, apalagi ditambah embel-embel harga promo (maklum kata temanku: orang Indonesia suka yang gratis!). Akan tetapi, tidak sedikit juga yang rela jika separuh gajinya dialokasikan untuk perawatan wajah.

Untuk trend yang satu ini, bukan lagi eksklusif kegemaran wanita. Para pria juga berlomba merawat dan memodifikasi wajahnya biar tampak cute, klimis, bersih, sedap dipandang. Coba tengok kamar mandi cowo-cowo metropolis, segala macam cream, lotion, etc, yang pada suatu masa tertentu hanya ada di kamar mandi kaum wanita, ada di sana dan mungkin koleksi cowo-cowo ini, jauh melebihi koleksi kaum wanita. Mengapa trend ini menguat saat ini?

Ketika beberapa remaja putera-puteri ditanya tentang kriteria cowo atau cewe idaman mereka, urutan pertamanya adalah cakep atau cantik seperti artis A, artis B, Aktor A, Aktor B. Umumnya nama-nama yang disebutkan mereka, wajahnya memang sedap dipandang. Rupanya, wajah para artis masih menjadi "standar" ideal bagi sebagian orang. Karena itu, tidak salah jika iklan produk tertentu yang berkaitan dengan modifikasi tampang selalu membidik aktor dan artis yang wajahnya sedap dipandang.

Lantas, apakah hal inilah yang memicu trend modifikasi wajah? Jika demikian, banyak orang secara tidak sadar telah menjadi korban iklan. Iklan perlahan-lahan menciptakan kebutuhan akan wajah yang sedap dipandang sebagai salah satu alasan untuk terus eksis di atas bumi.

Suatu ketika, saya bertanya kepada seorang teman yang selalu mengganti kesing telpon genggamnya: "mengapa kamu keranjingan menggantinya, meski dalam hitungan bulan?" Menurutnya, selalu "ganti kulit" HP seperti ular adalah kebutuhan. Rupanya, banyak orang yang jenuh dengan "tampil apa adanya". Yang penting tampangnya, bukan hatinya. Mungkin ini juga yang membuat orang selalu ingin tampil dengan wajah yang selalu menarik, sedap dipandang, karena jika tidak demikian, tidak ada yang sudi menerimanya.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang wajahnya di bawah standar dan pas-pasan? Jangan tanyakan: kenapa wajahku tidak sedap dipandang ya. Aku tidak pernah meminta wajahku seperti itu! Aku menerima begitu saja yang sudah dicetak bagiku. Jangan juga memaksaku untuk memodifikasinya agar menjadi eksis di hadapanmu. Tanyakan kepada dia yang menjadikanku seperti itu. Tanyakah juga kepada mereka, yang menjadikan artis dan aktor sebagai ikon kesempurnaan wajah, yang sekaligus menyudutkanku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline