Lihat ke Halaman Asli

Fajar

PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

Indonesia Kaya Menurut Orang Luar, tapi Dirinya Sendiri Tetap Merasa Miskin

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13441753412074465036

[caption id="attachment_191489" align="aligncenter" width="592" caption="Salah satu Bahan Presentasi Dr Willie Smits kepada Ratusan Petani Aren Embaloh Hulu"][/caption]

Menarik membaca cerita yang di-share seorang teman yang sedang belajar di Singapura. Ia menulis kisah ini di wall Facebook-nya. Meskipun kisah ini sering juga dijumpai di berbagai tempat, termasuk melalui pesan berantai dengan sedikit versi yang berbeda dari sumber yang tidak jelas, namun bagi saya menjadi sebuah cermin untuk melihat potensi diri sebagai orang Indonesia yang didukung kekayaan alam yang melimpah ruah dan selalu menjadi incaran banyak orang.

Suatu pagi, kami menjemput seorang klien di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Si Bapak adalah pngusaha asal Singapura, dengan logat bicara gaya melayu & english, beliau menceritakan pengalaman hidupnya kepada kami yang masih muda. Beliau berkata,"U're country is so rich!" Ah biasa banget denger kata-kata itu.

Tapi tunggu dulu. "Indonesia doesn't need the world, but the world needs Indonesia," lanjutnya. "Everything can be found here in Indonesia, U don't need the world." "Mudah saja, Indonesia paru-paru dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yg butuh Indonesia!

Singapura is nothing, we can't be rich without Indonesia. 500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami. Apartemen-apartemen terbaru kami yang beli orang-orang Indonesia, ga peduli harga selangit, laku keras. Lihatlah RS kami,orang Indonesia semua yang berobat. Trus,kalian tau bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, bener-benar panik. Sangat terasa,we are nothing. Kalian tau kan kalo beberapa waktu lalu dunia krisis beras, termasuk di Singapura dan Malaysia? Kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras.

Lihatlah negara kalian! Air bersih di mana-mana. Lihatlah negara kami! Air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya ke Kalimantan pun dalam rangka bisnis, karena pasirnya mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp 3 ribu/kg ke pabrik China, si pabrik jual kembali seharga Rp 30 ribu/kg. Saya lihat ini sebagai peluang.

Kalian sadar tidak kalo negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak diembargo. Harusnya KALIANLAH YG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah pangan dr petani-petanimu sendiri. Belilah tekstil garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Tak perlu impor kalau bisa produksi sendiri. Jika kalian bisa mandiri,bisa MENGEMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!

Hal yang sama dengan kisah di atas saya dengar sendiri dari seorang asing, ketika saya masih bertugas di Kalimantan. Pada saat itu, kami mengundang Dr Willie Smits, seorang pakar dalam bidang kehutanan dan ekonomi terapan yang berbasis lingkungan hidup. Dia seorang berkebangsaaan Belanda, namun sangat mencintai Indonesia. Saking cintanya kepada Indonesia, ia pun memutuskan untuk menjadi Warga Negara Indonesia dan menikahi seorang wanita asal Manado. Aktivitasnya di Tomohon adalah usaha pemberdayaan para petani aren. Aren yang oleh masyarakat setempat sebelumnya hanya digunakan untuk membuat minuman Cap Tikus, kemudian diberdayakan oleh Dr Willie Smits untuk diolah menjadi gula aren untuk memenuhi permintaan pasar eropa 7 ton setiap bulan.

Selain itu, Willie juga mendirikan koperasi untuk membantu para anggota yang tidak lain adalah para petani aren. Koperasi ini sangat membantu para petani aren untuk ke luar dari lilitan utang serta dapat membiayai hidup dan pendidikan anak-anak mereka. Masih banyak karya yang dilakukan Willie termasuk penangkaran dan usaha perlindungan orang utan, usaha reboisasi hutan di salah satu wilayah di Kaltim bekerja sama dengan PEMDA setempat.

Dalam kerangka inilah, maka kami mengundang Willie Smits dan teamnya untuk memberdayakan para petani Aren di Embaloh Hulu yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yang tidak mau menerima perluasan perkebunan kelapa sawit di wilayah mereka. Ketika sampai di wilayah Embaloh Hulu, Willie melihat bahwa masyarakat Embaloh Hulu tidak perlu menerima sawit untuk menjadi sejahterah. Masyarakat yang selama ini sudah akrab dengan tanaman aren hanya perlu diberdayakan. Mereka bisa menjadi tuan di atas tanah mereka sendiri dan tidak perlu menyerahkan tanah mereka kepada inverstor sawit sementara mereka harus berkuli di atas tanah mereka sendiri setelah tanah mereka diserahkan.

Dalam seminar sehari yang kami selenggarakan, Willie memetakan bagaimana kayanya Indonesia. Dia mengatakan: "sekaya-kayanya dunia Arab dengan minyak yang mereka miliki saat ini, suatu ketika negara gurun akan menjadi kota-kota mati tanpa kehidupan. Mengapa? Sekarang ini mereka masih berjaya karena mereka masih memiliki banyak kandungan minyak. Tetapi semua energi fosil itu tidak terbaharukan dan akan habis. Karena itu mereka tidak akan mempunyai kekayaan lain selain minyak. Apa yang tersisa?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline