Lihat ke Halaman Asli

Fajar

PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

Pentingnya Memperhatikan Garis Pada Foto Ilustrasi dalam Jurnalisme Warga

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1336455326190996264

Garis memang dasar utama yang menentukan kesan mata terhadap sebuah objek. Objek boleh sama, tetapi apabila dipotret dari sudut yang berbeda, akan menghasilkan kesan yang berbeda pula di hati para penikmatnya. Inilah dialog antara sebuah karya seni dan para penikmatnya. Dialog ini tidak kasat-mata tetapi dari mata turun ke hati yang kemudian naik ke otak untuk menemukan kata yang tepat dalam mengungkapkan rasa yang berkecamuk di dalam hati terkait apa yang telah dipersepsi oleh mata. Karena itu, foto sebagai sebuah karya seni memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sikap batin seseorang terhadap kenyataan yang ditampilkan dalam gambar, bisa juga mengubah persepsi yang keliru selama ini tentang hal yang ditampilkan, bahkan  menggerakan tangan dan kaki untuk bertindak sesuatu terkait dengan kenyataan yang ditampilkan dalam sebuah foto. Inilah dasar mengapa sebuah lukisan atau foto dapat berbicara jauh lebih banyak dibandingkan kata-kata yang tertuang di dalam sebuah teks.

Dalam kerangka ini, saya akan menampilkan sebuah bangunan Gereja yang sedang dibangun di Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau dan mengajak para penikmat foto untuk berdialog sejenak dengan foto-foto tersebut. Dari garis yang dihasilkan melalui sudut dan teknik pengambilan yang berbeda, serta komposisi warna yang berbeda pula, kesan yang ditimbulkan dari bangunan yang sama akan berbeda pula.

Demikian pun pra-anggapan dari subjek penikmat foto yang berbeda, dapat menghasilkan kesan yang berbeda pula terhadap foto yang sama. Inilah yang disebut dengan "otonomi sebuah teks" (teks dengan makna yang luas dalam kajian filsafat Roland Bartes). Teks yang dimaksudkan di sini mencakup apa saja yang bisa kita lihat, baca, dan interpretasi. Artinya, sebuah teks sekali dilemparkan ke publik, ia mempunyai otonominya sendiri dalam menyikapkan sesuatu kepada publik. Dan publik bebas mencabik-cabik teks tersebut melalui interpretasi yang berbeda-beda pula tergantung sudut pandang apa yang dipakainya.

Apa kesan dan interpretasi anda terhadap garis-garis dan komposisi warna yang dihasilkan oleh foto-foto di bawah ini:


[caption id="attachment_176068" align="aligncenter" width="605" caption="(Foto Pertama) Diambil secara Vertikal: Apa Kesan Anda Melihat Foto dengan Garis seperti ini? (Dok.Pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_176069" align="aligncenter" width="583" caption="(Foto Kedua) Diambil dengan Sudut yang Berbeda: Apa Kesan Yang Dihasilkan Foto Ini? (Dok.Pribadi)"]

13364557931731798410

[/caption]

[caption id="attachment_176072" align="aligncenter" width="605" caption="(Foto Ketiga) Diambil dengan sudut=Foto Pertama dengan Fokus Berbeda (Dok.Pribadi)"]

13364562431946719798

[/caption]

[caption id="attachment_176073" align="aligncenter" width="605" caption="(Foto Keempat) Diambil dari Titik yang Sama, Tetapi dengan Fokus Berbeda (Dok.Pribadi)"]

1336456807129622135

[/caption]

[caption id="attachment_176074" align="aligncenter" width="605" caption="(Foto Kelima) Diambil dari dengan Fokus = Foto Keempat tetapi Lebih Didekatkan (Dok.Pribadi) "]

13364570691364479437

[/caption]

Semua foto dari objek yang sama di atas, saya yakin mempunyai kesan yang berbeda di hati para penikmat foto, jika melihatnya dengan serius dan tidak basa-basi alias sekedar melihat sekilas pandang saja. Demikian pun kesimpulan yang dihasilkan dari kesan melihat masing-masing foto pun berbeda-beda karena masing-masing foto sebagai sebuah "teks yang hidup" menyingkapkan dirinya kepada kita secara berbeda-beda juga.

Oleh karena itu, pilihan foto dengan garis-garis tertentu sangatlah penting sebagai sebuah ilustrasi atas teks berita, cerita, atau, opini yang kita tulis. Foto yang tepat bisa bercerita jauh lebih banyak daripada jumlah kata dalam sebuah teks. Di sinilah, letak pentingnya foto bagi sebuah berita entah sebagai bukti sahih sebuah peristiwa yang diliput, maupun sebagai sebuah ilustrasi yang menghantar pembaca untuk memahami dan menafsirkan teks berita. Foto terkadang jauh lebih jujur dibandingkan berita yang kita tulis. Dari sebab itu, jurnalisme warga meski didukung dengan kemampuan menjepret yang tidak asal jepret. Minimal jepret dengan memperhitungkan berbagai elemen dasar dari foto seperti garis, misalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline