Lihat ke Halaman Asli

Fajar

PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

Menyelenggarakan Reba di Ibu Kota: Sebuah Apresiasi terhadap Masyarakat Ngada Diaspora

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393238529145467806

[caption id="attachment_297199" align="aligncenter" width="581" caption="Pesta Reba Masyarakat Ngada Diaspora DKI Jakarta (Dok. Sandy R)"][/caption]

Saat ini, sebenarnya umat manusia dilanda 'kegamangan' oleh karena derasnya arus globalisasi dengan nilai-nilai budaya pop yang dibawanya, yang berpontensi menghantam dan meluluhlantahkan semua sendi kehidupan tradisional baik agama maupun budaya. Di tengah 'kegamangan' tersebut ada macam-macam reaksi masyarakat lokal terhadapnya: bisa berupa sikap defensif/penuh curiga dan menutup diri terhadap pengaruh dari luar, bisa juga dengan sikap adaptif seperlunya, bisa juga dengan larut sepenuhnya di dalam arus budaya pop dengan ancaman kehilangan jati diri lokalnya.

Terkait hal ini, sebuah apresiasi pantas diberikan kepada masyarakat Ngada diaspora/perantauan yang tinggal di Jakarta, Ibu Kota Metropolitan. Di tengah gempuran nilai-nilai budaya lain yang mereka jumpai termasuk budaya pop di dalamnya, mereka terpanggil untuk memperkuat kembali indentitas lokal mereka sebagai orang Ngada. Gemerlapnya Ibu Kota tidak menjadikan mereka seperti 'kacang lupa kulit'. Mereka tetap rindu untuk memaknai kemanusiaan mereka sebagai orang Ngada serentak Kristiani di tengah aneka budaya dan agama yang mereka jumpai sehari-hari di perantauan.  Dengan menyelenggarakan upacara Reba bersama di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), mereka telah berupaya menempuh ‘jalan tengah emas’ untuk mendialogkan budaya lokal di tengah arus globalisasi.

[caption id="attachment_297200" align="aligncenter" width="564" caption="Putra/i Ngada Diaspora DKI Jakarta dalam Balutan Busana Adat (dok. Nagekeo Bersatu)"]

13932387771830463999

[/caption]

Seremoni Reba yang mereka selenggarakan dengan berbagai kegiatan: mulai dari seminar tentang pemaknaan secara baru nilai reba untuk kemanusiaan mereka sebagai Orang Ngada masa kini, melakukan ritual Reba secara simbolik, sampai dengan Missa reba bernuansa inkulturatif, merupakan sebuah terobosan penting untuk memperkuat identitas lokal mereka sebagai orang Ngada. Melalui semua mata acara tersebut mereka sebenarnya sedang melakukan upaya intorspeksi (lebih kepada refleksi) bersama sebagai orang Ngada di perantauan: "siapakah aku ini, dari manakah aku ini, dan ke manakah tujuan hidupku, di tengah aneka budaya dan agama yang kujumpai?" Melalui Reba bersama ini, sebenarnya mereka ingin memaknai bersama identitas mereka sebagai orang Ngada di perantauan. Mereka ingin  beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lain, termasuk budaya pop ala Kota Metropolitan tanpa harus kehilangan jati diri budaya Ngada yang menjadi rahim yang melahirkan, membesarkan, dan membentuk identitas mereka selama ini.

Lebih jauh, mereka sebenarnya juga sedang berupaya menjawab "kegelisahan bersama" tentang nasib identiitas anak-anak mereka (keturunan) yang lahir di tanah diaspora: "apakah anak-anakku, cucu-cucuku yang lahir di perantauan tetap mencintai Ke-Ngada-an/ Ke-Bajawa-an (ku) ketika mereka tidak lagi bersentuhan langsung dengan Bumi Ngada sebagai tempat kelahiranku?" Kegelisahan ini wajar dan harus dimaknai secara positif untuk memperkenalkan Reba kepada keturunan-keturunan Orang Ngada Diaspora yang lahir dan dibersarkan di Kota Metropolitan agar mereka tetap diingatkan untuk terus menjaga 'tali silaturahmi' dengan keluarga besar kedua orang tuanya di kampung asalnya masing-masing. Secara tidak langsung, orang tua-orang tua yang menyelenggaran Reba bersama di TMII sudah memancing rasa ingin tahu/rasa ingin pulang ke kampung orang tuanya masing-masing untuk mengalami langsung keaslian dari upacara Reba itu sendiri. Efek langsung dari upacara ini bagi keturunan orang Ngada diaspora pantas diacungkan jempol.

Di sisi lain, event Reba yang diselenggarakan di Jakarta juga bernilai bisnis karena secara tidak langsung merupakan sebuah promosi yang bersifat kolosal kepada masyarakat Jakarta dan juga masyarakat Indonesia (melalui aneka publikasi) tentang kearifan lokal orang Ngada, tentang eksotisme salah satu dari khazanah kebudayaan Orang Ngada. Saya yakin, seyakin-yakinnya, bahwa apa yang telah dilakukan masyarakat Ngada diaspora di Jakarta telah memancing rasa ingin tahu orang Jakarta/Indonesia tentang upacara Reba. Bisa jadi, Reba tahun depan di tanah Ngada akan semakin kebanjiran turis-turis lokal maupun manca negara oleh karena mereka ingin merasakan langsung aslinya Reba itu seperti apa di tanah Ngada. Inilah keuntungan penting yang pantas diperhitungkan. Dalam hal ini, saya acungkan empat jempol untuk terobosan masyarakat Ngada diaspora Jakarta. Kalian telah ikut mempromosikan Budaya Ngada di pentas nasional melalui kegiatan kalian. Kalian telah ikut membantu Pemda Ngada/dinas terkait untuk mempromosikan wisata budaya Ngada di pentas nasional.

[caption id="attachment_297201" align="aligncenter" width="574" caption="Kehadiran Gubernur NTT, Frans Lebu Raya Turut Mendukung Upaya Masyarakat Ngada Diaspora Memperkenalkan Salah Satu Khazanah Budaya Lokal di Pentas Nasional (dok. Nagekeo Bersatu)"]

13932389321191495642

[/caption]

Bukan sebuah akhir kata, sebuah pelajaran penting bagi orang Ngada di manapun, terutama diaspora untuk tidak pernah melupakan Kebudayaan Ngada yang telah menjadi "rahim" yang telah melahirkan, menyusui, membesarkan kita sebagai orang Ngada. Sebab seluruh identitas kemanusiaan kita ikut dibentuk oleh satu rahim yang sama, yang membuat kita dikenal di manapun sebagai orang Ngada, sehingga kata-kata ini pun pantas dikenakkan kepada mereka: "tiada kepalsuan di dalam diri mereka, sebagai orang Ngada!"  Reba yang diselenggaran secara simbolik di Jakarta semoga semakin memperkuat jati diri mereka sebagai orang Ngada, sehingga bisa meminimalisir  ‘kegamangan’ mereka di tengah arus globalisasi yang lebih menawarkan kebanggaan ketika bisa menjadi penikmat budaya-budaya pop.

Salam hormat untuk masyarakat Ngada diaspora Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline