Adakah sesuatu yg lebih banyak membuka pikiran dan hati banyak orang sehingga yg darinya akan banyak melahirkan berbagai karya luar biasa dan tercerahkan, dibandingkan dengan dunia tulis-menulis?
Ya, menulis itu adalah "SESUATU", Sesuatu yang amat sangat besar, berharga dan luar biasa. Dengan menulis, Anda bukan saja hanya membuka jendela pikiran dan pintu hati banyak orang, lebih dari itu dan yang lebih penting dari itu adalah Anda membuka jendela pikiran dan pintu hati Anda sendiri selaku seorang penulis. Mengapa demikian? Anda tentu lebih tahu jawabannya ketimbang saya.
Bagi saya, seorang penulis nota bene adalah orang dengan pikiran dan hati yang terbuka luas. Dan tak bisa terbayangkan orang dengan pikiran dan hati yang terbuka seperti langit, memberi ruang bagi apa saja dan siapa saja untuk tumbuh dan berkembang tanpa batas dan tanpa pilih kasih. Sungguh itu pribadi yang sangat menyenangkan bukan? Begitulah sebuah gambaran kepribadian yang bisa dibentuk dengan latihan membuka pikiran dan hati hingga menjadi "Pribadi Langit" melalui kegiatan tulis menulis. Saya yakin, Anda-lah "Pribadi Langit" itu. Jika tidak, setidaknya Anda menginginkannya bukan? Saya mohon, jangan bilang "TIDAK" ya?! Lebih dari itu, bahkan seorang penulis bisa menjadi wujud semesta dalam bentuknya yang mikro. Menjadi langit yang menaungi dan menjadi bumi yang membentang, menghadirkan matahari, bulan dan bintang, menyuguhkan sungai dan lautan, menghidangkan hutan, gunung, sawah dan ladang serta melukis bunga, kupu, dan dua atau empat tangkai musim dalam sebatang kehidupan, yang bernama "pikiran Anda". Sebagai penulis, Anda bisa saja memberi warna mendung kelabu atau warna cerah untuk para pembaca Anda yang setia. Dan Anda harus mempertimbangkannya berdasarkan kebijaksanaan dan bukan semata berdasarkan kesenangan diri dalam merangkai kata, permainan diksi-diksi yang indah. Bahwa pena Anda bisa lebih tajam dari sebilah pedang atau lebih indah dari sebuah tarian terindah. Dan tinta Anda bisa lebih mematikan dari racun atau lebih memabukkan dari opium yang dapat membunuh karakter bahkan kesadaran semesta para pembaca. Setidaknya dapat menimbulkan keresahan dan kegelisahan jiwa atau bathin para pembaca tercinta yang telah begitu setia menemani dan mereguk setiap tulisan-tulisan yang Anda tuangkan. Atau ia menjadi "madu" yang menyehatkan jiwa. Jika Anda "sakit" dan "gelisah", pembaca setia Anda akan turut sakit dan gelisah bersama tulisan Anda. Begitupun, jika Anda sehat dan bahagia, mereka akan turut sehat dan berbahagia. Begitulah memang sebuah tulisan bisa menciptakan persahabatan dan hubungan bathin yang komunikatif dan dialogis antara Anda dan para pembaca setia Anda. Karena itu, rasa empati dan tanggung jawab hendaknya senantiasa menjadi nafas yang menghembusi setiap goresan pikiran Anda dalam raga yang berbentuk matras atau layar screen monitor laptop, notebook, PC atau HP Anda. Di kompasiana ini ada salah seorang penulis pemula yang telah menyatakan kegelisahannya, bahwa dirinya selaku penulis pemula merasa gelisah dengan maraknya tulisan-tulisan dari para intelektual yang sifatnya sebatas menyorot. Padahal mereka adalah para intelektual, para sarjana, aktivis, praktisi ilmu, mahasiswa ataupun penulis-penulis di Kompasiana ini. Lebih jauh dia mengatakan, tulisan yang seperti ini, yang tampil di Kompasiana ini, terdapat lebih dari setengah dari tulisan-tulisan yang ada. Tulisan yang hanya menyorot, tulisan yang menulis apa yang tampak, begitu saja. Tulisan seperti ini menjadi hal yang sia-sia dan miris untuk ukuran kerja intelektual. Tidak sulit untuk membuat tulisan yang sebatas menyorot. Demikian kira-kira "curhatan" apa yang dia kemukakan dari hasil bacaannya. Jika "output" yang dihasilkan dari bacaannya itu bukan berupa pujian dan sanjungan, namun berupa kritik dan saran membangun, saya kira itu masih terbilang sebagai penilaian yang sangat baik dan positif. Tetapi bagaimana bila sebaliknya? Jika para pembaca setia Anda menjadi kecewa terhadap Anda? Dan para pembaca baru Anda, yang tidak atau belum mengenal Anda, bukan hanya menjadi "apriori" pada pandangan pertamanya kepada Anda dan tulisan Anda, tetapi juga melancarkan kritik, hujatan dan umpatan yang menjatuhkan dan sangat tidak sehat seperti melempari kotoran ke wajah atau pakaian Anda? Jangan terburu-buru emosional, marah dan menyalahkan para pembaca yang seperti itu ya...! Sulit memang menjadi penulis yang perfectionist, jika itu bukan hal yang mustahil. Begini saja, saya pikir setidaknya setiap tulisan yang baik itu memang seharusnya mengandung "sesuatu" semacam "pesan moral" tertentu, yang mesti disampaikan melalui tulisan-tulisan itu. Pesan moral yang saya maksud adalah "sesuatu" yang lebih bersifat kebijaksanaan dan moralitas tertentu ketimbang sekedar melaporkan sebuah "berita" dan "masalah" untuk kemudian menawarkan sebuah solusi atas berbagai persoalan lahir dan bathin kehidupan manusia (semacam "KORAN PLUS"), yang belum tentu dibaca dan (apalagi) bisa diterima. Dengan demikian, penulis dan karya-karya tulisnya tidak mesti harus perfectionist. Akan tetapi, dalam penyampaian sebuah pesan moral adalah sangat penting untuk diperhatikan jangan sampai terdapat kesan "menggurui" sidang pembaca. Pesan dengan nada dan kesan menggurui cenderung tidak disukai oleh orang-orang yang Anda ingin merekalah yang akan menjadi pembaca setia Anda. Karena itu, hati-hati, tulisan Anda bisa jadi begitu membosankan dan ditinggalkan pembaca Anda. Kalau sudah begitu, mungkin tidak ada gunanya Anda menulis dan menyuguhkannya kepada khalayak. Hargailah waktu mereka yang tak ingin kehilangan begitu saja waktu berharga mereka saat bersama dengan Anda, sebagai pembaca setia tulisan-tulisan Anda. Seorang penulis yang baik tentu juga memahami betul bahwa tulisan yang hendak disuguhkannya akan dibaca oleh khalayak ramai dari berbagai kalangan dan dari berbagai tingkatan intelektual, latar belakang pendidikan dan strata sosial yang beraneka ragam. Dari masyarakat umum yang awam hingga menembus masyarakat kalangan khusus dan ahli. Dari kelas yang amatir, profesional hingga tingkatan maestro pada tema-tema dan bidang-bidang tulisannya. Sehingga tulisan dan sang penulis relatif dapat menjangkau serta lebih dapat dan lebih banyak diterima oleh berbagai lapisan masyarakat pembaca yang heterogen. Satu hal lagi yang perlu dan sangat urgen untuk diperhatikan adalah bahwa, bisa jadi kadar kemampuan dan kualitas seorang penulis tidak lebih baik dan tidak lebih berbobot dari beberapa orang para pembacanya. Tentunya akan menjadi hal yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan jika tulisan yang disuguhkannya itu selain terkesan menggurui, juga ditujukan dan dibaca oleh para pembaca yang "grade" mereka mungkin jauh berada diatas "grade" penulis dengan tulisan-tulisannya. Untuk menghindari "pencitraan" yang tidak menyenangkan seperti itu, saya pikir pesan moral yang terkandung dalam tulisan seorang penulis yang baik semestinyalah lebih bersifat simbolis, universal, terbuka, informatif , kreatif, inspiratif dan ekspresif. Selebihnya, persoalan karakter penulis dan tulisannya juga akan menjadi bagian terpenting yang tak bisa dipisahkan dalam setiap karya tulis untuk dikembangkan oleh setiap orang, menjadi penulis yang berkarakter dan memiliki ciri khas tersendiri. Demikian, sekedar apresiasi yang bisa saya berikan atas karya-karya tulis Anda yang sangat bermanfaat dan seringkali menginspirasi saya. Selamat Menulis dan Berkarya. Semoga Sukses Meraih Hati Para Pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H