Lihat ke Halaman Asli

ANTOLOGI PUISI

Diperbarui: 7 Juni 2023   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva.com

"ANTOLOGI PUISI"

Coretan Tinta Mengandung Makna

Sulthon Fajar Sholikhin, S.Pd.

Sinopsis

Buku ini berisi tentang puisi-puisi yang mengungkapkan sebuah fenomena keehidupan. Buku berjudul "Antologi Puisi" ini berisi realita kehidupan yang tak hanya tentang kebahagiaan, kesedihan, atau kekecewaan, tetapi juga soal asa, harapan, rindu, cinta, dan beribu kisahnya yang tak pernah habis untuk diungkapkan. Penulis dalam buku ini adalah siswa-siswi kreatif dan produktif. Kali ini penulis menuangkan pandangannya tentang kehidupan lewat susunan kata-kata yang menggugah rasa. Buku ini hanya sekubit kisah tentang kehidupan yang senyatanya tak mampu tertuang dalam puluhan lembar kertas. Buku ini tak sekadar lembaran-lembaran halaman, tetapi ada jiwa yang menyelingar di setiap rangkaian kata.

Penulis

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, hati yang senantiasa merindukan cinta dan kasihnya. Sehingga bisa menuangkan bait-bait sederhana dia atas kertas putih berlumur kerinduan serta tinta keindahan agar bisa dinikmati pembaca yang budiman.

Perasaan gembira kini mengiringi shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan dan sumber inspirasi.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan kumpulan puisi ini sehingga terselesaikan dengan baik.

Puisi adalah bahasa curahan sanubari dari relung jiwa. Puisi lahir dari imajinasi yang berkaitan, juga lahir realitas-realitas sekitar yang diwarnai dengan khayal. Kata- katanya kadang kaku walau tidak baku, kadang cair meskipun tidak cair. Ia selalu hadir dalam lintasan sejarah, menjadi jangan walau tidak pernah berjuang, menjadi senjata walau tidak mampu mematikan, atau hanya menjadi teman dalam sepi bagi yang selalu merasa kesepian. Ia selalu unik dalam kehadirannya. Puisi tidak sebatas kata yang diikat kalimat, diproses dengan titik dan koma, yang menjadi bait-bait indah disanggul larik, yang liriknya memberikan rasa, membuat rasa sendiri dalam tubuhnya.

Kami sangat gembira bisa mempersembahkan sebuah karya, walau jauh dari kata indah dan sempurna dengan harapan bisa belajar dan terus berkarya. Lika-liku pahit gerimis tinta mewarnai setiap lembar yang menjadikan perjalanan buku ini.

Akhir akta, kata maaf pun kami sampaikan. Karena dalam ucapan "tiada gading yang tak retak" karena tidak ada manusia yang sempurna. Karya kami masih banyak kekurangan dan kesempurnaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline