Lihat ke Halaman Asli

faizolakbar

Mahasiswa Teknik Metalurgi ITB

Langkah Indonesia Hadapi Pasar Logam Tanah Jarang

Diperbarui: 30 Juni 2019   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produksi logam tanah jarang global Sumber : USGS

Logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) merupakan material krusial dalam pengembangan teknologi modern. Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan tinggi memerlukan dukungan dari material yang berkualitas dengan sifat-sifat yang mumpuni. Logam tanah jarang dengan berbagai sifat uniknya dapat dimanfaatkan dalam pengembangan super computer, mobil listrik, baterai dan potensi material masa depan.

Logam tanah jarang adalah kelompok elemen yang terdiri dari barisan Lanthanida, Sc dan Y. Logam tanah jarang pada dasarnya tidaklah jarang, tetapi sifat dari LTJ yang tidak berkumpul satu sama lain mengakibatkan keberadaaanya tersebar merata hampir di penjuru planet. Akibatnya kadar Logam tanah jarang pada tiap-tiap daerah penambangan relatif rendah.

Keberadaan logam tanah jarang sudah menimbulkan berbagai persaingan dagang yang cukup signifikan. Salah satu pemeran utama yang mendominasi pasar Logam tanah jarang adalah china. China. Pada tahun 90 an cina membanjiri pasar Logam tanah jarang dengan harga yang lebih murah mengakibatkan Mountain Pass menuju kebangkrutan pada tahun 2002.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara (Tekmira), di Indonesia terdapat dua jenis mineral yang mengandung logam tanah jarang yakni mineral monasit dan senotim. Bangka-Belitung, Karimata, Rirang-Tanah Merah memiliki potensi kandungan monasit. Mineral monasit menjadi hasil samping dari penambangan timah yang  dilakukan oleh PT. Timah di daerah Bangka. Kandungan monasit di Indonesia berdasarkan data dari Pusat Sumberdaya Geologi pada tahun 2007 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan monasit sebesar 185.992 ton.

Perkembangan Logam tanah jarang di Indonesia dipelopori oleh PT. Timah sejak tahun 2015 dengan memulai membangun pabrik pengolahan LTJ skala kecil. PT. Timah menargetkan pada tahun 2019 untuk bisa mulai produksi skala besar dengan dibangunya smelter logam tanah jarang di daerah bangka. PT. Timah sendiri berfokus pada pengolahan mineral monasit yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan mobil listrik. Secara metalurgi monasit sangat berguna dalam pembuatan baja rendah paduan berkekuatan tinggi (High Strengh Low Alloy) dan superalloy.

Menurut penulis dalam menanggulangi ketertinggalan dalam pasar Logam Tanah Jarang, Indonesia perlu menerapkan beberapa langkah berikut:

  • Hilirisasi logam tanah jarang
    Potensi logam tanah jarang di Indonesia cukup besar. Pasir monasit yang terdapat dalam proses pengolahan timah akan menjadi barang berharga apabila berhasil diolah menjadi logam tanah jarang. Tetapi biaya yang diperlukan untuk pengolahan hingga menjadi logam siap pakai tidaklah murah. Akan merugikan Indonesia jika hanya mengolah sampai logam siap pakai tetapi tidak memiliki konsumen dalam negeri, pada akhirnya Indonesia terpaksa mengimpor dengan harga yang lebih rendah karena tidak mampu bersaing dengan logam produk dari Cina. Teknologi Cina yang lebih modern memungkinkan mereka untuk memproduksi logam tanah jarang lebih banyak dan lebih murah. Maka diperlukan langkah selanjutnya.

  • Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan
    Kejeniusan putra putri bangsa sudah tidak perlu diragukan lagi. Penyelarasan penelitian institusi Pendidikan dan industri akan mampu membawa percepatan dalam perkembangan industry Indonesia. Dalam proses pengolahan logam tanah jarang yang memerlukan banyak tahapan dan bahan baku akan menjadi peluang besar bagi institusi Pendidikan Indonesia untuk menunjukan kemampuan dalam merekayasa proses pengolahanya agar mampu menciptakan proses yang lebih efisien dan ekonomis.

  • Gandeng perusahaan konsumen
    Indonesia perlu menggandeng dan membuat pasarnya sendiri terutama dalam negeri. Dengan mampunya Indonesia untuk menghasilkan logam siap pakai, maka perlu perusahaan konsumen logam yang siap menampung dan menggunakan logam produksi Indonesia untuk memproduksi barang-barang jadi seperti mobil, microchip dan barang teknologi tinggi lainya. Pentingnya membentuk pasar sebelum melakukan produksi secara besar-besaran agar tidak terjadi overproduksi sehingga harga logam jatuh.

  • Ciptakan industri hilir
    Dengan tersedianya bahan mentah akan mempermudah langkah selanjutnya dalam pemanfaatan tanah logam jarang. Rekayasa dan pemanfaatan teknis dapat direalisasikan lebih mudah ketika Indonesia mampu memproduksi sendiri bahan mentahnya tanpa harus terikat dengan peraturan impor atau khawatir akan penyetopan pasokan bahan mentah oleh negara lain.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline