Lihat ke Halaman Asli

Faiz Nur

pelajar, tetap pelajar, dan selalu belajar

Pilkades, Pesta Demokrasi di Ranah Terkecil dengan Potensi Gesekan Terbesar

Diperbarui: 7 September 2018   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pilihan kepala desa atau biasa disingkat dengan pilkades adalah sebuah pesta demokrasi dalam ruang lingkup terkecil diantara berbagai pemilihan-pemilihan kepala pemerintahan. Jika dilihat dari luas wilayah dan juga daftar pemilih tetap (DPT), pilkades tak sebanding dengan pemilihan kepala daerah seperti Bupati ataupun Gubernur. Selain itu dalam segi anggaran juga relatif lebih kecil.

Namun dibalik jumlah DPT yang sedikit dan juga cakupan wilayah yang tidak begitu luas itu, pilihan kepala desa mempunyai potensi gesekan atau konflik yang lebih besar dibandingkan dengan pesta demokrasi yang lain, apa alasan potensi konflik pilkades lebih besar, simak penjelasan berikut

Pendukung yang berdekatan, sebuah desa pasti tidak terlalu besar, hal ini menjadikan pemilih ataupun pendukung antar calon juga saling berdekatan. Tak jarang juga perbedan itu terjadi dalam sebuah keluarga baik kecil ataupun besar, hal ini menjadikan gesekan antar pendukung calon sangat mudah terjadi hanya dengan isu atau hal kecil dan cenderung sepele.

Pesaingan antar calon yang sangat ketat, hal ini umum terjadi dalam setiap pesta demokrasi mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar seperti pilihan presiden. Namun dalam pilihan kepala desa, persaingan yang terjadi dalam ruang lingkup pemerintahan yang terkecil justru malah semakin ketat dan juga cenderung menimbulkan gesekan dan konflik antar pendukung masing-masing, persaingan ini biasanya tak luput dari usaha yang rasional hingga yang irrasional.

Selain dua hal diatas, ada lagi beberapa hal yang menyebabkan pilihan kepala desa menjadi pesta demokrasi paling kecil dengan potensi gesekan atau konflik terbesar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline