Lihat ke Halaman Asli

Faiz Nur

pelajar, tetap pelajar, dan selalu belajar

Kekasih, Dengarlah Hatiku Memuji

Diperbarui: 19 November 2017   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam datang seperti biasa, bersama rembulan dan ribuan bintang yang bertebaran dilangit yang membentang. Angin bertiup mendorong rombongan awan, silih berganti menyeberangi langit yang membentang. Aku, ya diriku sendiri, yang masih sibuk dengan aktivitas yang tak berguna, terbelenggu dalam gemerlap dunia yang menggoda, sejenak terdiam dalam menyambut datangnya malam.

Malam selalu datang setelah siang, tapi malam ini tak semerti malam-malam lalu. Malam ini tak ada sepi, ataupun sunyi, dari segala penjuru terdengar suara-suara lantang, orang yang rindu kedamaian dan lelah dengan masalah kehidupan, berkumpul beribu dan berjuta, menjadikan malam ini tak seperti biasa. 1 rabi'ul awwal menjadi awal bulan kelahiran kekasih pencipta alam, yang disambut dengan lantunan puji-pujian, mengagumi keagungan sang manusia idaman.

Dalam lautan manusia suci, diriku yang kotor ini berkecil hati, ditengah teriakan lantunan puja dan puji padamu sang kekasih, mulut yang penuh dosa ini tak mampu menandingi teriakan mulut-mulut suci, yang juga berlomba memanggil dan memujimu.

Kekasih, dalam diam aku hanya bisa berkata dalam hati

"wahai kekasih.

Awal bulan kelahiranmu,

jutaan manusia suci berlomba paling keras dalam memujimu,

rasanya tak mampu mulut kotor ini bisa menandingi pujian-pujian mereka,

dalam diam aku hanya bisa memuji dalam hati,

kemuliaanmu,

kerendahan hatimu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline