SMA Negeri 93 Sambut Mahasiswa PLP FKIP UHAMKA
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) adalah tahap dalam program persiapan guru profesional pada jenjang Sarjana Pendidikan. Dalam tahap ini, mahasiswa diberikan tugas untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan. Selain itu, mereka juga berlatih mengembangkan perangkat pembelajaran dan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang terarah, sambil melakukan refleksi. Semua kegiatan ini dilakukan di bawah bimbingan dosen pembimbing dan guru pamong secara bertahap
Dalam upaya menghasilkan lulusan Sarjana Pendidikan yang profesional, berkualitas, unggul, dan memiliki pengalaman bermakna, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) melaksanakan program Pengenalan Lapangan Persekolahan . Program ini ditujukan bagi mahasiswa program studi kependidikan di semester 7 dan akan berlangsung selama empat bulan, dari 27 Juli hingga 13 Desember 2024.
Dalam kegiatan PLP 2 di tahun ini, UPT PLP FKIP UHAMKA menggabung beberapa program studi kependidikan dalam satu kelompok. Kelompok kami terdiri dari 8 anggota, yaitu 4 orang dari Pendidikan konseling yaitu : Fatmawati, Anas Tasyaningrum, Natasya Java Zeiza Shaputri, Naufal Abiyyu. Kemudian dari 2 orang dari Pendidikan Sejarah yaitu: Muhamamad Imam Nur Arfin dan Faiz Cahaya Kusuma . Lalu yang terakhir 2 orang dari Pendidikan Geografi yaiitu: Fiki Shobrina dan Almayta Dinda Cerelia Chairunnisa. Kelompok kami dibimbing oleh Bapak Sulaeman, M.Pd.
Kegiatan PLP Kami melaksanalanm di SMAN 93 Jakarta yang beralamat di JL. Jalan Raya Bogor Kampung Tengah, Kramatjati, Kota Jakarta Timur. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah Kurikulum Merdeka (Kelas X, XI dan XII)
Kegiatan PLP yang kami jalani di SMAN 93 Jakarta selama empat bulan ini, memberikan pengalaman yang sangat berharga. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan PLP memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa program studi kependidikan, membantu mereka memperbaiki metode pembelajaran yang telah diterapkan di kampus.
Saat Mengajar, kami merasakan fenomena yang campur aduk. Maksud dari ini adalah ada rasa senang karena bisa merasakan simulasi jadi guru dan rasa kesal karena murid-murid yang susah di atur. dari fenomena tersebut kami tersadar bahwa menjadi guru itu merupakan pekerjaan tersulit dan paling capek. Karena guru menjadi wadah belajarnya untuk anak-anak dan supaya anak bisa belajar secara mandiri untuk masa depannya.