Sejak dunia berada di fase krusial pandemi covid-19, platform-platform media sosial menemukan momentum terbaiknya. Kebijakan Pelarangan keluar rumah (stay at home) memberi jalan mulus membludaknya pengguna media sosial seperti Facebook, Twitter, Whatshap, dan lainya.
Dari sekian media sosial yang ada, Platform buatan Mark Zuckerberg (Facebook) memiliki tingkat ukopansi yang masih sangat tinggi di dunia dengan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) sebanyak 2,7 miliar pengguna per 25 Januari 2021. (kutip: Katada.id).
Di Indonesia, ada 140 juta pengguna facebook yang sering mengakses dengan mengunakan perangkat mobile (smartphone). Kalau dilihat, dari total durasi penggunaan facebook, rata-rata 17 jam per bulan dan itu di dominasi generasi milenial dengan rentan usia 25-34.
Sebagai platform media sosial yang populer di indonesia, Facebook menyediakan kurang lebih 10 fitur yang mudah diakses oleh siapapun, termasuk fitur reaction (emoji-emoji) yang berada tepat di kolom likes beranda Facebook.
Sejak 2016 diluncurkan, fitur ini dimaksud dapat saling memberi ekspresi pada unggahan Foto-video atau pun status (teks) yang di posting para pengguna facebook.
Ketika dilihat, terdapat enam emoji yang berjejeran. antaranya, emoji love (super), emoji peluk love (peduli), ketawa, heran, nangis, dan marah. Kesemuanya, diinterpretasikan sebagai bentuk pesan komunikasi yang mengarahkan antar sesama pengguna berada pada satu konteks kesamaan makna dalam berkomunikasi.
Misalnya, ada unggahan foto atau video sedang berduka dilengkapi dengan caption '' Innalillahi Wainalillahi Rojiun.'' Lalu, kita ingin menunjukkan rasa empati kita dengan pesan yang ada, cukup dengan memencet emoji nangis dan atau emoji peduli. hal itu, sedang menegaskan perasaan yang sama dalam pesan itu.
Secara akademik, mungkin kita akan dihubungkan dengan disiplin ilmu semiotika komunikasi yang melihat emoji sebagai tanda (Sign) yang dirancang untuk menunjukkan reaksi psikologis dan fisiologis pada postingan pengguna facebook tertentu.
Dalam buku Marcel Danesi yang berjudul '' messages,sign,and meaning ''(2004). Memberi penjelasan bahwa tanda (sign) adalah segala sesuatu yang merepresentasikan sesuatu. misalnya warna.
Artinya, pada warna tidak hanya di kategorikan sebagai tanda karena ia muncul sebagai representasi susunan rona pada spektrum cahaya yang menjadi ciri untuk menuntun kita memberi nama pada warna. Melainkan itu, warna juga dapat dipersepsikan sebagai '' penanda '' sesuatu.