"Jam berapa sekarang?" adalah pertanyaan yang biasa kita dengar. Kita pun lantas menjawab dengan menyebutkan angka atau waktu. Nah, berdasarkan kebakuan, pertanyaan tersebut tidak baku. Lema "jam" dalam KBBI yang berarti 'waktu', 'pukul', 'saat' berlabel 'cak' atau percakapan dan tidak elok jika digunakan dalam ragam formal. Andakah salah satu pengguna kata ini untuk pertanyaan waktu? Maka perlu Anda ubah untuk ragam formal.
Jika kita telisik kata yang baku, maka kita mendapatkan kata "pukul" yang berarti 'saat yang menyatakan waktu'. Namun, agak kelu lidah ini jika berkata, "Pukul berapa sekarang?" Coba saja, maka respons teman kita akan menjawab, "Mau baku hantam kita?" dengan nada bercanda.
Sekarang, kita beralih ke bahasa daerah. Di dalam bahasa Jawa dan Sunda, terdapat kata "tabuh". Secara literal bermakna "pukul" juga. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ada korelasi antara memukul dengan menunjukkan waktu. Kemungkinan ada korelasi antara memukul beduk dengan penunjuk waktu.
Sekarang marilah kita refleksikan pada kegiatan sehari-hari. Bukankah penunjuk waktu memang dengan cara memukul? Beduk ditabuh atau dipukul ketika memasuki waktu salat. Lonceng gereja juga dibunyikan dengan cara "memukul" loncengnya. Malam hari kita masih sering mendengar kentongan dipukul sesuai waktu. Selanjutnya akan timbul pertanyaan, "Siapkah kita untuk menggunakan kata "pukul" untuk menanyakan waktu?" atau kita masih membedakan konteks penggunaan "jam" dan "waktu" dalam percakapan sehari-hari.
Referensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H