Salah satu pelajaran dalam bahasa Indonesia kelas 7 adalah cerita fantasi. Cerita tersebut memiliki latar atau tokoh yang fantastis. Latar bisa berarti latar waktu yang lintas masa, kota yang di luar nalar manusia, atau suasana yang mungkin belum pernah terjadi di dunia. Sementara itu, tokoh bisa dibuat fantastis, memiliki kekuatan luar biasa atau memiliki fisik yang berbeda. Apa saja yang belum ada di dunia ini, bisa dituliskan ke dalam cerita fantasi.
Cerita fantasi tumbuh subur di luar negeri, sebutkan saja "Avenger", "Harry Potter", dan "Eragon". Ketiga film tersebut memiliki penggemar dan tentu saja memiliki penghasilan yang luar biasa. Belum lagi "Disney" yang bisa menghasilkan film-film yang membekas hingga dibuat film ulang. Sekalipun memiliki cerita yang mirip, tetap saja banyak penonton yang menantikan bahkan mendambakan keberadaannya.
Modal yang harus dimiliki dari fantasi adalah imajinasi, cerita rakyat, dan kreativitas. Mari kita ambil contoh, "Twilight" yang memiliki tokoh vampir dan manusia serigala (cerita rakyat) yang hidup dan menjalaninya pada masa kini (imajinasi) kemudian mengalami konflik percintaan dengan manusia biasa (kreativitas). "Harry Potter" misalkan memiliki tokoh yang bisa melakukan sihir (cerita rakyat) kemudian memiliki institusi pendidikan dan negara yang berdampingan antara penyihir dan muggle (imajinasi) dan menjalani kehidupan dari tahun pertama hingga dewasa seolah mengikuti ritme kehidupan penggemarnya (kreativitas).
Di Indonesia kita disodori cerita rakyat yang luar biasa, ada naga, kerajaan yang punya unsur magis, pusaka, dan mitos yang jumlahnya sangat melimpah. Cerita tersebut seyogianya digali untuk dikembangkan menjadi narasi fantasi. Pada aspek tokoh, Indonesia memiliki beratus tokoh yang memiliki kekuatan luar biasa, seperti menghilang, terbang, dapat melihat masa depan, dan ukuran tubuh yang kurcaci hingga raksasa. Potensi inilah yang harusnya berkembang menjadi industri kreatif ke depannya.
Film "Firegate" dan "Tengkorak" adalah beberapa film dengan genre fantasi ini. Paduan antara sains dengan cerita rakyat dapat menghasilkan film yang memiliki cita rasa yang berbeda daripada film Indonesia kebanyakan yang mengakomodasi drama dan komedi. Film-film seperti ini menunjukkan adanya geliat sineas untuk menggarap film fantasi yang lebih Indonesia.
Narasi fantasi adalah gerbang siswa untuk memahami bangsa dengan cara yang unik. Bangsa ini tidak hidup hanya dengan realita saja. Cerita rakyat menghidupi manusia Indonesia, bahkan Nusantara berabad-abad lamanya. Siswa akan memahami bahwa bangsa Indonesia adalah banyak yang kaya dengan cerita rakyat yang menuntun moral dan kehidupan bangsa ini. Siswa akan mengeksplorasi lebih dalam kemampuannya dengan mengelaborasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Misal siswa akan berfantasi ada tokoh masa lalu yang memiliki kekuatan luar biasa menyusuri lorong waktu demi menyelamatkan kehidupan bangsa ini yang sedang dikuasai oleh makhluk jahat. Secara tidak langsung, siswa akan mendalami ilmu fisika tentang relativitas waktu, paradoks waktu, biologi, geografi, budaya, bahasa daerah, dan teknik menulis cerita, Dengan menjadikannya sebuah narasi, siswa dapat mengomunikasikan ide dan melanjutkan estafet kehidupan cerita rakyat ke generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H