Lihat ke Halaman Asli

Pesan dari 1.000 Rupiah

Diperbarui: 26 Februari 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Uang identik dengan harga dan harta. Namun, tidak hanya itu uang mengajari kita akan kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan tersebut terwujud dalam tampilan motif kain daerah, seperti batik dan tenun. Flora dan fauna endemi Indonesia pun menjadi ornamen yang sering ditemui di dalamnya. Uang, tidak sekadar alat tukar, tetapi identitas sebuah bangsa.

Sebagai identitas, ada satu hal yang menarik jika kita melihat uang kertas. Mulai dari pecahan 1.000 hingga 100.000 rupiah memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut adalah memiliki gambar pahlawan dan penari di depan dan di belakang sisinya. Ciri khas uang dapat kita baca melalui laman Bank Indonesia. Marilah kita mulai mendalami sebuah pesan, yaitu "kesetaraan gender".

Pada uang 2.000 hingga 100.000 rupiah ditampilkan pahlawan laki-laki dengan gambar penari perempuan di belakangnya. Ada konsepsi laki-laki dan perempuan ditampilkan dengan elok yang saling mengisi "identitas bangsa" itu. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki peran yang sama dalam bangsa kita dan sama-sama berharga.

Uang pecahan 1.000 memiliki konsepsi yang unik, yaitu menampilkan Cut Meutia, pahlawan perempuan yang memiliki cerita yang luar biasa untuk selalu dapat dipelajari dan dikenang sepanjang masa. Di baliknya terdapat penari laki-laki yang menari tifa. Sebuah kontras jika dibandingkan dengan uang pecahan dengan emisi yang sama. Di dalam uang kertas pecahan terkecil itu ternyata terdapat pesan luar biasa tentang kesetaraan gender. Perempuan dapat berjuang dan mengisi peran yang sama dengan laki-laki. Sama-sama dapat berjuang demi harkat martabat bangsa. Laki-laki pun punya peran dalam estetika budaya.

Sebagai masyarakat Indonesia, rupiah adalah hal yang harus kita sikapi dengan bijak. Selain sebagai alat pembayaran, rupiah juga menunjukkan jati diri sebagai penghela pesan budaya, identitas alam, dan pesan kemanusian luar biasa tentang pergulatan perempuan dan laki-laki Indonesia dalam riwayat perjuangan dan kemajuan bangsa. Pesan tersebut disampaikan berantai antargenerasi untuk senantiasa diwujudkan dalam tahun-tahun ke depan. Pesan tersebut bukanlah pesan omong kosong atau sekadar simbolisasi riwayat Indonesia, tetapi sebuah hal pasti yang akan diwujudkan dalam setiap generasi bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline