Lihat ke Halaman Asli

Skeptis Optimis Drama Korea

Diperbarui: 23 Februari 2021   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Anda mungkin salah satu pengguna situs alir video (video streaming) dan mungkin salah satu pengguna premium dari situs tersebut. Mungkin saja Anda gunakan untuk memanfaatkan waktu karena beraktivitas dari rumah atau memang Anda gemar menonton tayangan alir video. Beragam tayangan dapat Anda tonton dengan beragam variasi genre. Salah satunya adalah drama. Dalam tulisan ini Anda akan saya ajak menyelami drama Korea atau lazim disingkat menjadi drakor dalam dua pandangan.

Pandangan pertama akan dimulai dari pandangan skeptis. Drama Korea menampilkan hal-hal yang tidak sesuai dengan tayangan di Indonesia. Adegan romantisme sering tampil. Visualisasi tokoh yang tampan dan cantik yang kemudian menjadi standar kecantikan Korea juga diperkenalkan di dalam drama. Belum lagi budaya minum soju yang tentu kurang etis jika ditampilkan dalam tayangan di Indonesia.

Pandangan kedua adalah pandangan optimis. Masukknya drama Korea menambah segar tayangan yang dapat dinikmati. Penonton tidak sekadar disuguhi intrik perebutan harta warisan, perebutan jodoh, atau bahkan azab. Penonton kini diberikan alternatif luar biasa terhadap drama. Ide-ide segar sineas Korea begitu luar biasa.

Dalam drama "Mr. Queen" disajikan tayangan seorang pria yang harus bertukar jiwa dengan seorang perempuan di Dinasti Joseon. Drama "True Beauty" menawarkan konsep kecantikan sesungguhnya. Lain itu, "Hotel de Luna" malah menyuguhkan dunia lain dalam konsep cerita yang unik. Ide mereka unik dan dalam beragam forum fanpage drakor, selalu dikenang walau dengan jumlah episode yang tidak pernah mencapai lima puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan ala tayangan Indonesia.

Keberadaan drama Korea perlu dianggap sebagai "ancaman" yang harus kita "lawan". Bentuk perlawanan kita adalah meningkatkan standar atas apa yang kita tonton. Jangan sampai drama yang sasarannya remaja akhir hingga dewasa ditonton oleh anak di bawah umur karena mereka belum sepenuhnya bisa melakukan swasensor. Di samping itu, sineas Indonesia dan pertelevisian juga perlu berbenah. Jangan sampai pangsa pasar masyarakat Indonesia lebih memilih tayangan drama Korea daripada drama Indonesia karena kalah kualitas. Jayalah tayangan bermutu Indonesia!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline