Kediri adalah salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa timur yang terkenal dengan sebutan kota tahu. Sebutan ini semakin melekat dengan kota ini, seiring dengan semakin menjamurnya oleh-oleh khas Kediri yang berbahan dasar atau berhubungan dengan tahu seperti tahu kuning atau yang lebih dikenal dengan nama tahu takwa, keripik tahu, dan stik tahu yang semakin mudah dijumpai di setiap gerai Oleh-oleh di kota ini. Namun tak banyak yang tau tentang sebutan lain dari kota ini, yaitu kota santri.
Sebutan kota santri tak hanya dimiliki oleh kota Jombang dan Pasuruan saja, namun kota Kediri juga layak disebut sebagai kota santri. Kota Kediri sebagai kota santri diperkuat dengan berdirinya beberapa pondok pesantren besar dan terkenal di kota ini, seperti pondok pesantren Lirboyo, pondok pesantren Al Falah Ploso, pondok pesantren Gontor Putri, pondok pesantren Al- Amin, dan pondok pesantren Fathul Ulum Kwagean Pare.
Sebelum membahas lebih jauh tentang kota santri. Alangkah lebih baiknya jika kita tau pengertian dari santri sendiri. Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam secara mendalam dan mengikuti pembelajaran yang telah diturunkan secara turun-temurun dan juga seseorang yang menetap di suatu lingkungan yang mendukung dia untuk mendalami ilmu agama.
Santri biasa nya tinggal di pondok-pondok pesantren, mulai dari pondok pesantren Salafiyah sampai pondok pesantren modern yang Pembelajaran mengikuti zaman namun tidak meninggalkan tradisi nya. Lalu semakin berkembang nya zaman istilah santri tidak terkotak-kotak dengan seseorang yang mondok di pondok pesantren saja namun lebih luas lagi kepada seseorang yang tidak pernah mondok tapi berguru ataupun pernah mengaji kepada para Ustadz, Gus, dan Kyai pondok pesantren yang memiliki sanad keilmuan yang jelas.
Salah satu contohnya ketika saya melakukan observasi di salah satu Madrasah Aliyah negeri di kota Kediri, saya menemukan salah satu guru nya tinggal di lingkungan Pondok pesantren Lirboyo dan beliau sepertinya tinggal di dalem. Setelah itu saya berkesimpulan bahwa beliau salah satu keluarga dalem di Lirboyo atau beli sudah mengabdi disana. Maka dari itu saya katakan orang yang diajar oleh beliau pastinya memiliki sanad keilmuan yang jelas dan orang yang diajar oleh beliau bisa disebut sebagai santri.
Santri memilih pengertian yang luas dan setiap orang punya pengertian nya masing-masing namun orang yang hanya belajar Islam lewat YouTube saja dan dengan bangga nya mengkafirkan seseorang bukanlah seorang santri.
Baiklah kembali lagi ke Kediri sebagai kota santri. Sebutan ini mulai ditanamkan di beberapa masyarakat ataupun santri di Kediri namun hal tersebut secara gamblang disebut pada acara Mata Najwa on stage spesial kota Kediri yang memperkenalkan sebutan baru kota Kediri sebagai kota santri.
Pastinya sebelum jadi kota santri maka awal mula nya penyebaran Islam di kota ini pun juga pesat. Agama Islam mulai menyebar di kota yang namanya diambil dari nama kerajaan Hindu yaitu kerajaan Kediri (kadiri) Semenjak kedatangan Sulaiman Al-Wasil Syamsuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Syech Wasil. Beliau merupakan seorang penasihat raja Jayabaya.
Kedekatan dengan raja Jayabaya dimanfaatkan oleh syech Wasil dengan meminta persetujuan untuk menyebarkan agama Islam di daerah kekuasaan kerajaan Kediri. Hal itu disetujui oleh raja dan pelan-pelan syech Wasil menyebarkan agama Islam dengan cara yang santun dan suri tauladan dan hal itu membuat banyak masyarakat memuluk agama Islam, dan sejak saat itu agama Islam mulai berkembang di Kediri hingga saat ini telah berdiri ratusan pondok pesantren di kota Kediri.