Lihat ke Halaman Asli

Faizal Chandra

Guru Matematika

Kisah Disleksia yang Diangkat dalam Film "Tare Zamen Par"

Diperbarui: 12 Maret 2018   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Alchetron.com

Tare Zamen Par adalah sebuah kisah film yang menceritakan tentang seorang anak yang bernama Ishaan (Darsheel Safary) yang merupakan seorang siswa kelas 3 yang 'payah' dalam urusan apapun di sekolahnya. Hal Itu karena dia menderita disleksia yang membuat dia tidak bisa membaca dan menulis dengan baik. 

Dia juga selalu melihat dunia dengan imajinasinya. Dalam setiap pelajaran dia selalu mendapatkan yang nilai jelek dan hal itu yang membuat guru-gurunya geram kepada . Terlebih lagi dia sering membolos saat jam pelajaran sekolah. Ishaan selalu dicap sebagai anak yang pemalas, nakal, dan idiot.

Puncaknya, orang tua Ishaan memindahkannya ke sekolah berasrama. Namun di sekolah yang disiplin dan tegas tersebut, dia tetap mendapat nilai yang buruk dalam semua mata pelajaran dan hal itu membuatnya menjadi depresi. 

Dia juga selalu merasa sedih karena harus tinggal jauh dari keluarganya. Sampai akhirnya ada seorang guru seni baru yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Guru Ishan yang bernama Ram Shankar Nikumbh melatih Ishan sedikit demi sedikit dengan cara melatih Membaca,Menulis,Melukis dan Belajar menghitung dengan cara naik turun tangga. hingga akhirnya Ishan bisa menulis dan membaca dengan baik, dia bisa melukis lagi dan orang tuanya sangat bangga dengan dia.

Lalu apa itu Disleksia?

Diseleksia(Dyslexia) adalah salah satu gangguan berbahasa secara linguistik yaitu ketidakmampuan dalam perolehan dan pemrosesan informasi linguistik. Dan juga, disleksia merupakan suatu gangguan dalam proses belajar, dimana seseorang mengalami suatu kesulitan dalam membaca, menulis, atau mengeja huruf. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi bagaimana kata-kata yang diucapkan harus diubah menjadi bentuk huruf dan kalimat, dan sebaliknya.

Menurut Fith (dalam obler & gjerlow, 2000) menjelaskan bahwa dalam perolehan membaca diperlukan empat tahap antara lain :

  • Pengembangan jeterampilan logografis yaitu kemampuan mengenali kata secara utuh
  • Pemerolehan keterampilan alfabetis yaitu mampu mengenali setiap fonem dan huruf
  • Pemerolehan keterampilan ortografis yaitu mampu mengenali morfem
  • Pengembangan keterampilan baca tulis.

Pada kebanyakan anak yang menyandang disleksia, dalam perkembangannya muncul kesulitan dalam mengenali kata secara utuh (yang diistilahkan dyseindetic). Sebagian lainnya kesulitan dalam mengenali bunyi yang berhubungan dengan huruf (yang diistilahkan dysphonetic).

Tidak semua kasus disleksia disebabkan masalah tumbuh kembang neurologis, beberapa kasus muncul pada anak yang mengalami infeksi telinga pada masa awal perkembangan bahasa. Kesulitannya dapat berupa masalah kefasihan maupun masalah baca-tulis karena pada masa kritis pemerolehan bahasanya tidak memperoleh input system fonologis yang sempurna. Adapun pada disleksia karena factor neurologis, kebanyakan terdapat pada anak kidal yang mengalami perbedaan lateralisasi otak.

Disleksia lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini didasari oleh perkembangan hormonal pada janin yangyang terkait gender (jenis kelamin) yang mempengaruhi migrasi sel pada area bahasa dan kecenderungan penggunaan tangan kiri atau kanan. 

Pada penyandang disleksia, Galaburda dan kawan-kawannya menemukan perkembangan hemisfer kanan yang lebih normal dan terdapat gumpalan sel pada area otak yang berperan untuk membca, kecenderungan hemisfer kanan inilah yang membuat anak-anak tersebut memiliki talenta khusus seperti seni visual (dalam Obler & Gjerlow, 2000). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline