[caption id="attachment_190078" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi Polusi (http://www.ylki.or.id/polusi-udara-dan-energi-ramah-lingkungan.html/polusi-udara)"] [/caption]
Seorang teman didalam status Facebooknya curhat tentang kondisi udara di jakarta "Merasa bersalah karena udah maksa paru-paru menghirup udara kota besar setelah dimanjakan dengan udara bersih pengunungan.. ;-( " masak pagi-pagi udah bau knalpot di kampung gw.. kerja keras bener ini paru-paru gw nyaring udara.. ;-( ".
Lain lagi dengan Abang Pulo Lasman Simanjuntak, dia mengirimkan uneg-uneg nya melalui Kolom Surat Pembaca ke Majalah Tempo. Dia mengeluh karena polusi udara di Jakarta sudah sangat menggangu kesehatan dan berharap dapat tanggapan dari Pemerintah DKI Jakarta yang dinilainya kurang sungguh-sungguh dalam mengatasi polusi udara di Jakarta yang kian mengkhawatirkan.
Sejak tahun 2005 - 2012 hidup diatas motor, baik untuk bekerja atau keperluan lainnya kesehatannya mulai terganggu, batuk, dada sesak dan sakit, nafas tersengal-sengal, kepala pusing serta mata merah dan perih, "jangan-jangan gejala ini karena sering kena asap knalpot bajaj dan metro mini"
[caption id="attachment_190148" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrsi Polusi dari MM (sumber http://sergeiasad.blogspot.com/2012/03/jakarta-kota-polusi-terburuk-no-3-di.html)"]
[/caption]
Setelah Googling informasi mengenai polusi udara di Jakarta dari berbagai sumber. Hasilnya sangat mengejutkan! Sejak 2005 sampai 2011, kota Jakarta menduduki peringkat ketiga kota berpolusi udara terburuk didunia, setelah kota Meksiko dan Thailand. Saat ini polusi udara merupakan ancaman serius bagi kota Jakarta. Bahkan WHO menengarai kualitas udara di Ibu Kota telah diambang batas minimal standar baku mutu.
Kadar partikel debu (particulate matter) dalam udara Kota Jakarta tertinggi nomor sembilan dari 111 kota dunia yang disurvey bank dunia pada 2004, yaitu 104 mikrogram per meter kubik. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik. Sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Sedangkan WHO menetapkan 20 mikrogram. Kini rata-rata besaran partikel debu perhari di Jakarta mencapai 150 mikrogram per kubik.
Menurut data RSCM, 46 persen penyakit (infeksi saluran pernafasan, asma, dan kanker paru-paru) di Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara. Biaya untuk mengatasi masalah kesehatan akibat polusi udara tahun 1998 mencapai 1,8 Triliyun. Ini akan meningkat menjadi 4,3 Triliyun pada 2015.
***
Sekalipun SMP dan Kuliah di Jakarta tidak membuat hati saya terpaut untuk tinggal dan menetap disana. Polusi, Macet, Banjir, Kriminal, membuat keinginan tinggal di Jakarta menjadi berkurang. Namun perkembangan kota Jakarta pun tidak saya tinggalkan, MRT, Pilkada cerdas, Monorail selalu saya ikuti melalui media. Tapi seandainya bisa memilih tempat tinggal, saya tidak merekomendasikan Jakarta. Carilah kota yang tidak terlalu padat penduduknya, seperti Pulau Bintan.
Setelah hampir 2 tahun tinggal diderah dengan dengan udara yang bebas polusi, tidak ada macet, tidak ada demonstrasi, tempat wisata gratis, pantai yang asri , gunung yang indah, dan yang terpenting pekerjaan tidak terlalu banyak membuat bekerja disini seperti liburan. Saya merasa lebih sehat.***