Lihat ke Halaman Asli

Jilat Pantat, Puaskan? (Nasionalisme yang Aneh!)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_245624" align="alignleft" width="150" caption="google"][/caption]

Nasionalisme di negeri ini hanya ada pada jiwa rakyat, bukan rezim yang korup. Tapi akhir-akhir ini bermunculan “nasionalis gadungan” berkedok cinta tanah air dengan menjadikan negara tetangga sebagai luapan emosi.

Benar, menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa adalah wajib dilakukan. Kita menyetujui dan ikut dalam arus patriotisme itu. Apalagi tujuannya bersatu untuk membangun kesadaran nasionalisme. Namun yang menjadi pertanyaan: Apakah rezim yang korup punya nasionalisme?

Kalau membandingkan subtansi masalah antar RI-Malaysia terkait dengan insiden DKP dengan kasus perampokan SDA di Papua dan Aceh oleh kapitalis asing, kita menemukan paradoksial dalam wacana nasionalisme.

Yakni, sikap rezim korup dan sebagian pendukung sangat bernafsu untuk menjadikan insiden DKP sebagai pintu masuk membumi-hanguskan Malaysia yang merupakan saudara serumpun. Tapi dalam kasus penghisapan SDA oleh perusahan asing di Papua, Aceh dan beberapa tempat, rezim korup dan pendukungnya terkesan bungkam.

Padahal, apa yang dilakukan oleh sejumlah perusahan asing atas penguasaan sumber-sumber kekayaan alam kita, dari sisi kepentingan dan kedaulatan nasional, jauh melebihi kasus insiden DKP. Lucu kan…!

Tegasnya, saya ingin mengatakan kepada rezim korup dan pendukungnya agar berhentilah mewacanakan isu nasionalisme yang tidak masuk akal itu. Wong kalian masih asyik menjilat pantat kapitalis asing yang merampok SDA di negeri ini kok…! Dan untuk semua bentuk kebohongan itu, kalian merasa puaskan…?

Salam Blogger Revolusioner

Faizal Assegaf

Jkt, 1 September 2010

Artikel sebelumnya:

BONUS:

‎|>> "Paduka, dari 177 warga kita yang terancam hukuman mati di negeri jiran, sebanyak 70 orang sudah menadapat vonis," demikian laporan Punggawa Istana. Raja menjawab, "tenang saja, itu kan baru ancaman vonis, belum tewas seperti kelinci percobaan senjata pemusnah massal (tabung gas tiga kilo)."

kunjungi facebook: HIKAYAT RAJA CIKEAS (HRC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline