Lihat ke Halaman Asli

Raja Cikeas Pun Tertawa, (HRC-02)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Paduka yang mulia, di luar istana banyak orang yang protes. Mereka menuduh iring-iringan mobil paduka sering kali membuat jalan raya macet dan menimbulkan kerepotan. Para kuli tinta juga sibuk mengipas isu yang tidak sedap itu.

Mendengar laporan intel istana, Raja Cikeas kemudian meminta para menteri untuk berembug. Tak lama kemudian, rapat tertutup pun digelar.

“Rakyat menuding saya membuat kemacetan di jalan raya. Ini masalah serius yang mencoreng wibawa dan kehormatan saya selaku penguasa,” tegas sang raja.

“Paduka yang mulia, inzinkan hamba untuk berbicara,” jawab seorang menteri. Menurut hamba, kemacetan bukan hanya terjadi di jalan raya, namun kemacetan juga merambah ke semua bidang. Kemacetan hukum, politik, ekonomi dan sebagainya. Dan menurut pemahaman rakyat, paduka adalah sumber dari semua kemacetan itu.

Mendengar penjelasan si menteri, seketika wajah sang raja berubah. Suasana rapat menjadi tegang.

“Apakah benar rakyat telah berkesimpulan demikian,” tanya sang raja dengan suara yang keras.

“Pa…pa…paduka yang mulia, isu yang berkembang diberbagai media massa, sama dengan apa yang hamba sampaikan”. Bahkan, tersiar kabar rakyat akan melakukan demo besar-besaran untuk meminta paduka mundur dari tahta kerajaan.

“Yang mulia, informasi itu tidak benar!”, bantah menteri urusan politik dan keamanan kerajaan. “Hamba bersama Kepala Intelijen telah bekerja keras untuk meredam upaya kemarahan rakyat terhadap paduku yang mulia”.

Hamba jugalah yang meniupkan isu kemacetan agar paduku yang mulia bisa mengajukan anggaran yang besar untuk membeli helikopter super mewah. Dan kebanyakan media massa telah menggiring opini, guna meyakinkan rakyat atas rekayasa berita yang kami gulirkan.

“Maaf, paduka yang mulia, bisakah hamba ikut berbicara?,” tanya menteri pekerjaan umum kerajaan. Menurut hamba, tidak perlu yang mulia mengajukan anggaran untuk membeli helikopter. Saran hamba, sebaiknya dibangun rumah yang mewah di dekat istana. Sehingga paduka dan keluarga dapat menghindari kemacetan.

“Saya setuju dengan usulan rumah mewah tersebut,” jawab sang raja.

“Terima kasih yang mulia, saya segera menyusun anggaran puluhan miliar untuk membangun kediaman paduka yang baru, serta melengkapi isinya dengan berbagai fasilitas mewah, agar paduka dan keluarga kerajaan dapat menikmatinya”.

Mendengar penjelasan si menteri, sang raja tanpa malu-malu langsung berkata, “saya usulkan kontraktraktor yang akan membangun rumah itu diserahkan kepada orang dalam istana”.

“Perintah paduka akan saya laksanakan”.

Kabar tentang keputusan rapat kerajaan, tersebar ke berbagai media massa. Sebagain besar kulih tinta yang pro kepada pihak kerajaan, mewartakan bahwa, sang raja akhirnya menuruti aspirasi rakyat.

Gonjang-janjing kemacetan yang disebabkan oleh kendaraan rombongan presiden berakhir sudah. Sang raja pun kemudian tersenyum dan berkata di dalam hati: Betapa lugunya rakyat di negeri ini.

Bersambung…

Salam, Faizal Assegaf Jkt, 20 Juli 2010

Kunjungi Forum Fecabooker Hikayat Raja Cikeas (HRC) artikel sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline