Saat ini keadaan dunia tengah tidak baik-baik saja, pembantaian secara masal tengah terjadi di Palestina yang mana sejauh ini telah memakan korban ribuan jiwa. Bila ditelisik lebih dalam awal mula lahirnya konflik ini adalah dengan dikeluarkannya Deklarasi Balfour. Deklarasi ini dikeluarkan pada 2 November 1917, yang berisikan sebuah regulasi bahwa Inggris harus menyediakan rumah nasional bagi Yahudi di Palestina. Rakyat Palestina tidak tinggal diam saja melihat wilayah mereka disita dan dijadikan pemukiman Yahudi, pemberotakan tersebut terus berlanjut hingga hari ini. Selama proses pemberontakan ini Palestina lebih sering mendapatkan hasil yang nihil dikarenakan Israel yang mendapatkan dukungan dari berbagai negara. Pada hari ini tercatat bahwa Israel telah mengekspansi kekuasaannya sebesar 85% atas tanah yang dikuasai oleh Palestina sebelumnya dan terus berlanjut. Peristiwa seperti ini sangatlah menjijikan, mengingat bahwa diera modern seperti ini masih ada saja sifat buas pada diri manusia. Berapa banyak perjanjian HAM yang telah disepakati oleh PBB, namun seolah-olah mereka tak mendengar sepercik pun suara dari rakyat Palestina. Terkait dengan genosida ini Zygmunt Bauman memiliki sudut pandangnya sendiri, yaitu bahwa genosida pada era modern merupakan sebuah proyek penataan sosial berbasis kesamaan rasial dengan tujuan untuk menciptakan sebuah bangsa yang jauh lebih besar.
Melalui bukunya yang berjudul "Modernity and the Holocaust" Zygmunt menuturkan bahwa segala sesuatu yang diluar dari penataan sosial haruslah dimusnahkan karena dianggap sebagai sebuah ancaman dalam proses penciptaan bangsa yang lebih besar. Tujuan dari penciptaan bangsa yang lebih besar dapat tercapai dengan dijembatani oleh birokrasi modern, birokrasi modern sendiri terlahir melalui rahim modernitas dan berfungsi sebagai sebuah alat dalam penataan sosial. Sebuah peradaban yang modern mengindikasikan adanya masyarakat yang rasioanl serta terbentuk dari individu yang rasional pula. Siapa yang me nyangka bahwa modernitas dapat melahirkan sebuah perilaku yang buas, kasar dan naif. Meskipun genosida lahir dari sebuah peradaban yang modern, kajian dalam sejarah mencatat bahwa pelaku genosida sebagian merupakan orang-orang normal bahkan terhormat. Hal ini dibuktikan dalam peristiwa Holocaust yang mana para pelakunya secara birokrasi dikenal sebagai warga negara yang baik dan dilingkungan keluarga mereka dicintai serta mencintai. Apabila sudut pandang Zygmunt Bauman ini diimplikasikan dalam melihat peristiwa genosida terhadap Palestina akan menghasilkan sebuah sudut pandang baru yang memandang bahwa pertikaian antara palestina dan Israel ini bukan hanya sekedar soal perebutan wilayah saja. Sudut pandang baru yang dimaksud disini adalah bagaimana bisa ditengah modernitas bisa melahirkan sebuah perilaku yang buas, hal ini terjadi karena dipicu oleh masyarakat modern yang haus akan sebuah keteraturan sosial, proses untuk mencapai keteraturan sosial ini adalah melalui penataan sosial. Palestina dan Israel jelas memiliki sebuah pandangan yang berbeda dalam memaknai kehidupan, oleh karena itu Israel membangun sebuah stigma rasional yang menganggap bahwa perbedaan pandangan ini dapat mengancam penataan sosial yang tengah dibangun demi terciptanya bangsa yang lebih besar, berangkat dari adanya kesadaran bahwa perbedaan adalah sebuah ancaman maka Israel melakukan genosida.
Pemikiran Zygmunt Bauman ini tidak datang dengan sendirinya, ia mengalami proses yang panjang sebelum mampu melahirkan pemikirannya. Zygmun Bauman lahir pada 19 November 1925 di Pozna, Polandia. Ketika beranjak dewasa dia bersama keluarganya bermigrasi ke Rusia agar terhindar dari invasi NAZI. Sebelum terjun ke dunia akademik ia sempat menekuni dunia militer sebagai seorang mayor. Karirnya dalam dunia akademik dimulai dengan menempuh pendidikan di Universitas Warsawa dan London School of Economics and Political Science. Pemikiran Zygmunt Bauman sendiri dipengaruhi Hannah Arendt, Sigmund Freud, Theodor Adomo, Jacques Derrida, George Simmel dan Alain Touraine.
Daftar Pustaka
Bauman, Zygmunt, Modernity and the Holocaust, polity press, Cambridge, 1989.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H