Lihat ke Halaman Asli

Faizah Riyandini

Mahasiswa Psikologi

Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan di Tengah Wabah Covid-19

Diperbarui: 7 Mei 2020   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

COVID-19 sudah dideklarasikan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat secara  Global (Global Public Health Emergency) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari 2020.

Dilansir dalam (Kompas.com, 5 Mei 2020), bahwa pasien positif Covid-19 di Indonesia kini berjumlah 12.071 orang, terhitung sejak kasus pertama yang diumumkan 2 Maret 2020.

Adapun penambahan kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta dengan 148 kasus baru. Setelah itu disusul oleh Jawa Tengah dengan 51 kasus baru, Jawa Barat dengan 48 kasus dan Jawa Timur dengan 47 kasus. Sementara itu, penularan Covid-19 secara keseluruhan telah terjadi terjadi di 335 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi.

Saat ini Virus Corona (Covid-19) telah dinyatakan sebagai wabah atau pandemi. Betapa tidak, bahwa hingga kini  tidak ada region dan benua yang tidak terjangkit penyakit virus ini.

Sejak ditemukan pertama kali Desember 2019 yang lalu di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, kasusnya terus mengalami peningkatan, baik di negara asalnya maupun di berbagai belahan dunia secara global.

Wabah ini membuat kita menjalani hari-hari tidak seperti biasanya. Makhluk hidup yang nyaris tidak terlihat ini (Covid-19), telah mengubah kebiasaan, perilaku dan interaksi antar sesama manusia. Ruang gerak dibatasi sehingga sebagian aktivitas dihentikan.

Pemerintah memang tengah berupaya keras mengulurkan bantuan melalui beragam kebijakan tanggap darurat. Gugus Percepatan Penanggulangan Covid-19 sudah dibentuk, tim pakar pendamping sudah memberi masukan, strategi utama Social Distancing sudah diterapkan, desentralisasi laboratorium sudah dijalankan, begitu juga obat sudah dibeli. Dilain sisi pemerintah Indonesia menggelar sebanyak mungkin tes cepat atau rapid test untuk mencegah semakin meluasnya virus covid-19 yang dimana pemerintah menyaipkan sebanyak 1 juta alat rapid test. Mereka yang disarankan melakukan rapid test adalah Orang Tanpa gejala (OTG) dan Orang Dalam Pengawasan (ODP). Metode pemeriksaan covid-19 adalah pemeriksaan dengan metode molekuler yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR).

Saat ini prediksi perkembangan kasus sudah beredar dari pakar perguruan tinggi terkenal. Kapan puncak kasus harian tertinggi disajikan, berapa jumlah kasus yang akan ditemukan juga sudah dapat tersaji bahkan berapa kemungkinan jumlah kematian akibat Covid-19 pun disampaikan. Tentu sangat menakutkan melihat angka – angkanya, lengkap dengan skenario pesimis dan optimis.

Siapa pun dihimbau melakukan Physical distancing (menjaga jarak fisik), WFH (Work From Home), dan kini diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) demi memutus rantai penyebaran virus yang telah menelan banyak korban jiwa di negeri kita.

Dilansir dalam (Akurat.co), pandemi Covid-19 yang sedang menjadi wabah dunia membawa ancaman krisis multidimensi di setiap negara. Selain krisis di bidang kesehatan, ancamannya sungguh nyata dan sangat fatal, diantaranya : krisis ekonomi, krisis sosial, krisis keamanan, krisis kepemimpinan, serta berbagai krisis lainnya. 

Diantara berbagai krisis tersebut, yang paling nyata dan yang paling utama adalah krisis kepemimpinan. Dimana bila krisis ini dapat diatasi dengan baik, maka krisis-krisis yang lain akan mudah untuk diatasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline