Lihat ke Halaman Asli

Faizah Rahmah

Mahasiswa

Membuka Jendela Mata terhadap Penyandang Disabilitas Tunarungu Bersama Sudut Pandang Islam

Diperbarui: 27 Januari 2023   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesulitan dalam berbicara, memiliki hambatan dalam fungsi pendengaran, tuli, gagu dan tidak dapat berbicara merupakan peresepsi masyarakat terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu, peresepsi ini adalah sebuah hasil data dari mini riset yang saya lakukan. 

Tunarungu merupakan kategori untuk individu yang memiliki keterbatasan dalam sistem pendengarannya dengan kategori ringan - berat. Hal ini memberikan dampak kepada mereka dalam keterbatasannya dalam fungsi pendengaran dan menghambat proses informasi bahasa yang diterima melalui pendengarannya, dan memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan lingkungan.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan kategori tunarungu memiliki hambatan dalam  fungsional sistem pendengarannya dengan memiliki kategori, dianataranya ; a) Kategori ringan  yaitu kurang dengar, tetapi masih bisa menggunakan dan menerapkan sebagai sarana atau  modalitas utama dalam menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan  bicara. b) Kategori sedang yaitu Tuli (Deaf), yang mana pendengaran mereka sudah tidak dapat  digunakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kemampuan bicara, tetapi masih dapat difungsikan sebagai suplemen pada penglihatan dan perabaan. c) Ketegori berat yaitu Tuli total (Totally Deaf), dimana mereka sudah sama sekali tidak memiliki kemampuan dalam mendengar sehingga tidak dapat digunakan untuk menyimak, mempersepsi, dan mengembangkan bicara.

Memiliki tempat pendidikan dengan sistem pengajaran yang khusus memberikan Anak  Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki  dengan pendamping seorang guru yang ahli dalam masing-masing bidangnya. 

Sekolah Luar Biasa  (SLB) B adalah tempat pendidikan bagi anak-anak penyandang tunarungu , mereka mendapatkan  pendidikan dengan sistem inklusi. Sistem pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) B akan diberikan  pada anak-anak penyandang tunarungu dengan mempelajari cara berkomunikasi dengan membaca  gaya gerakan bibir dan juga mempelajari bahasa isyarat untuk alat berkomunikasi. 

Tidak hanya itu saja, tempat pendidikan ini juga membantu untuk mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak-anak penyandang tunarungu dan tidak sedikit anak-anak penyandang tunarungu  yang mendapatkan prestasi dengan kemampuannya masing-masing. 

Salah satu anak penyandang tunarungu yang memiliki prestasi ialah M.Rikal Qamara yang mahir dalam berbahasa inggria berasal dari Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh berhasil meraih juara satu tingkat provinsi pada lomba mengolah barang bekas dan meraih juara dua membuat komik strip tingkat Kota Banda  Aceh ( SerambiNews.com ).

Memiliki keterbatasan dalam hidup tidaklah menjadi suatu keinginan setiap individu, jika diberikan pilihan hampir setiap individu lahir dengan memiliki kemampuan tanpa batasan yang membedakan dirinya dengan orang lain. 

Pendidikan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunarungu sangat membantu mereka dalam proses mengembangkan kemampuannya dengan mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak normal lainnya. 

Dengan keterbatasan dalam fungsional pendengarannya, mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau dapat dituliskan melalui tulisan tangan pada kertas yang mungkin biasa mereka membawa untuk komunikasi pada kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, adanya program bimbingan yang diberikan kepada orang tua anak penyandang tunarungu yaitu cara berinteraksi dengan komunikasi atau gaya bahasa kepada anak untuk mempermudah dalam adaptasi sang anak dan perkembangan anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline