Lihat ke Halaman Asli

Faiz AbdulAziz

mahasiswa aktif jurusan Bahasa dan Sastra Arab fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Perkembangan Tafsir Modern di Indonesia

Diperbarui: 18 Juni 2024   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Secara etimologi kata tafsir merupakan bentuk isim mashdar dari fassara-yufassiru tafsi>ran mengikuti wazan fa'ala-yufa'ilu-taf'i>lan yang mempunyai arti menjelaskan, memahamkan, dan menerangkan. Sedangkan fasara-yafsiru-fasran mempunyai arti membuka. Tafsir juga mempunyai arti kebahasaan al-kasyf berarti penyingkap, al-ibanah berarti menjelaskan, dan al-iz}h>ar yang berarti menampakkan makna yang tersembunyi.

      secara bahasa tafsir berarti al-id}a>h (menjelaskan) dan al-tabyi>n (menerangkan). Kata tafsir secara disinggung al-Qur'an dalam surat al-Furqan: 33; "Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik (tafsir) penjelasannya." Lanjut al-Dzahabi, tafsir juga digunakan untuk menunjukkan dua hal. Pertama, mengungkap makna yang tersembunyi secara inderawi (al-hissi), dan kedua, menyingkap makna yang tersembunyi secara rasio (ma'ani ma'qulah). Makna yang kedua inilah yang lebih banyak dan biasa dipergunakan2

      Perkembangan tafsir modern di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode dan karakteristik. Berikut adalah ringkasan dari beberapa sumber:

1. Periode Klasik (Abad 17-19)

      Periode Klasik dalam sejarah tafsir Al-Qur'an di Indonesia berlangsung dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Pada masa ini, tafsir Al-Qur'an mulai dikembangkan dengan menggunakan bahasa Melayu dan Indonesia. Beberapa tokoh tafsir yang terkenal pada masa ini adalah Abdur Rauf Singkel, Munawar Chalil, A. Hassan Bandung, Mahmud Yunus, Hamka, dan Bisyri Musthafa Rembang. Mereka menulis tafsir Al-Qur'an yang menggunakan metodetematik dan berfokus pada konteks sosial-budaya Indonesia.

      Karakteristik Tafsir Klasik di Indonesia menggunakan bahasa Melayu dan Indonesia. Tokoh-tokoh tafsir Klasik menggunakan metodetematik dan berfokus pada konteks sosial-budaya Indonesia. Tafsir Klasik juga menunjukkan pengaruh dari berbagai ajaran Islam lainnya, seperti tauhid, fiqh, tasawuf, dan lain-lain.

      Awalnya, tafsir di Indonesia dimulai dengan penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Melayu oleh Abdur Rauf Singkel pada pertengahan abad XVII. Karya-karya tafsir lainnya yang dilakukan oleh para ahli tafsir, seperti Munawar Chalil, A. Hassan Bandung, Mahmud Yunus, Hamka, dan Bisyri Musthafa Rembang, juga menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia.

Tokoh-Tokoh Tafsir Klasik

- Abdur Rauf Singkel, yang menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Melayu pada pertengahan abad XVII.

- Munawar Chalil, yang menulis Tafsir al-Qur'an Hidyah al-Rahman.

- A. Hassan Bandung, yang menulis al-Furqan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline