Lihat ke Halaman Asli

Faiz Romzi Ahmad

Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Akhir Hayat dan Menjelang Wafatnya KH Mas Abdurrahman

Diperbarui: 7 Januari 2020   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MAKAM KH MAS ABDURRAHMAN DI CIKALIUNG-SAKETI

Kali ini penulis akan menceritakan akhir hayat dan menjelang wafatnya seorang ulama kenamaan asal Banten yang bergerak di bidang pendidikan KH Mas Abdurrahman. KH Mas Abdurrahman adalah salah satu inisiator pendirian lembaga pendidikan Islam berbasis madrasah. Beliau menamakan lembaga tersebut "MATHLA'UL ANWAR" yang berarti "TEMPAT TERBITNYA CAHAYA". KH Mas Abdurrahman adalah play maker dari proses pendirian madrasah Mathla'ul Anwar yang kini jumlahnya hampir 2000-an satuan madrasah dari seluruh tingkatan di Indonesia.

Pada perkembangannya, madrasah Mathla'ul Anwar yang dinisiasi oleh KH Mas Abdurrahman telah berhasil mendekatkan akses pendidikan pada masyarakat yang termarginal baik ekonomi, sosial, dan pendidikan.

Penulis mencoba menulis ulang kisah ini berdasarkan penuturan KH Nahid Abdurrahman putera dari KH Mas Abdurrahman yang menulisnya dalam buku "KH Mas Abdurrachman, Pendiri Mathla'ul Anwar 1916" yang terbit pada Nopember 1971.

Akhir Hayat KH Mas Abdurrahman

Menjelang akhir hayat, keadaan Negara kita dalam masa jaman Malise, yaitu pendudukan Jepang, dimana waktu itu bangsa Indonesia sangat tertekan hidupnya oleh pemerintah Jepang maupun tentara-tentara Jepang, sehingga seluruh organisasi apapun yang ada di Indonesia diawasi dengan ketat termasuk organisasi Mathla'ul Anwar.

Pada waktu itu keadaan fisik beliau sudah sangat menurun dan banyak sakit-sakitan, terutama beliau mempunyai penyakit yang telah lama dideritanya, yaitu penyakit encok dan jantung.

Dengan demikian beliau harus membatasi diri dalam kegiatan-kegiatannya. Oleh karenannya beliau menetap di suatu tempat yaitu di Cikaliung (Saketi) dan sebagai gantinya bukan beliau yang harus mendatangi para istrinya apabila waktunya telah dating, tetapi istrinyalah yang mendatanginya.

Semakin hari semakin parahlah sakitnya, dan saat yang kritis ini beliau sampai memberikan pesan kepada para putranya serta kawan-kawan dan murid-muridnya, antaranya:

  • Kuburan beliau jangan diperindah, sebab takut kalau-kalau dianggap keramat oleh orang-orang yang masih awam.
  • Teruskan perjuangan amar ma'ruf nahi munkar, terutama Mathla'ul Anwar supaya tetap dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya pada tanggal 27 Saban 1363 Hijriyah, Menes ditinggalkan untuk selama-lamanya guna memenuhi panggilan Allah SWT dengan tenang.

Wafatnya KH Mas Abdurrahman

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline