Lihat ke Halaman Asli

Faiz Romzi Ahmad

Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Nurcholish Madjid dan Semangat Egaliterianisme

Diperbarui: 31 Maret 2019   01:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dari Instagram: Yudi Irawan

Belum sempat saya merampungkan untuk membaca seluruh daripada karya-karyanya, tapi ingin sekali saya menulis semangat egalitarianisme dalam tinjauan Nurcholish Madjid.

Nurcholish Madjid selanjutnya disapa Cak Nur merupakan sosok yang sangat fenomenal, karya-karyanya amat monumental, hadir sebagai intelektual muslim-kota dengan pemikiran pembaruan.

Dalam pidato perpisahannya di Gedung Arsip Nasional (15 Agsutus 2005), Cak Nur membuka pembicaraan dengan ujaran "menyelamatkan komitmen nasional" suatu komitmen yang telah disimpul oleh bapak bangsa. Selanjutnya, Cak Nur menjabarkan bahwa komitmen nasional adalah menjadikan Indonesia sebagai nation-state yang modern yang terdiri atas tiga pilar, yaitu: keadilan, keterbukaan, dan demokrasi.

Pilar pertama, keadilan diartikan sebagai suatu paham kesamaan manusia atau egalitarianisme. Bahwa tidak ada diskriminasi di antara warga negara berdasarkan apapun, sebab tidak ada diskriminasi atau non diskriminasi adalah syarat utama lahirnya keadilan.

Cak Nur sangat concern dengan gagasan egalitarianismenya atau al musawah atau persamaan di antara manusia. 

Manusia tidak harus memandang ras, suku, jender, bangsa, agama, dan lain-lain, bahwa manusia memiiki tingkat martabat dan harkat yang sejajar atau sama. Bahwa kualifikasi manusia dalam tinggi atau rendahnya derajat hanya Allah yang tahu lewat parameter ketakwaannya.

Dalam bukunya Islam, Kemodernan, dan KeIndonesiaan Cak Nur menekankan bahwa "Manusia diseru untuk senantiasa menggalang kerja sama atas dasar kebaikan dan tanggung jawab kepada Tuhan. Untuk itu, manusia didorong agar senantiasa mencari titik-titik persamaan sebanyak mungkin antara berbagai komunitasnya."

Bahwa al musawah atau egalitarianisme dalam tinjauan Cak Nur segerbong dengan pemikirannya tentang kemajuan, gagasan kemajuan sangat menitikberatkan perihal harkat dan martabat manusia, dan gagasan kemajuan itu tidak bisa menegasikan kemanusiaan.

Masih dibuku yang sama Cak Nur mengatakan "Dalam berinteraksi antarsesamanya, seorang pribadi harus memandang pribadi lain sebagai representasi seluruh kemanusiaan, dan dia harus memperlakukannya dengan perlakuan tertentu terhadap keseluruhan kemanusiaan."

Dasar kesamaan kemanusiaan atau egaliterianisme dan kerjasama antar manusia atas prinsip al musawah lah manusia dapat membangun peradaban secara kolektif.

Dalam perspektif Cak Nur, Manusia sebagai ahsani taqwim dengan status mulia sebagai khalifah fi al-ardh yang dilengkapi dengan akal pikiran dan intelejensi mesti menghendaki  sistem kemasyarakatan yang demokratis berdasarkan syura, dan tidak membenarkan adanya absolutisme di antara sesama manusia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline