Lihat ke Halaman Asli

Faisyal Mahardika

Bismillahirrahmanirrahim

Akibat Cemas, Guru di Papua Belum Siap Kembali Mengajar

Diperbarui: 6 Oktober 2019   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akibat kerusuhan di papua pada saat tanggal 23-9-2019 lalu damaris menyataka bahwa dirinya belum siap mengajar kembali di sekolah dikarenakan dirinya masih memiliki rasa trauma yang terjadi pada kerusuhan tersebut.

Pada minggu 6 oktober 2019 damaris berkata "jika bukan karna kewajiban, diri ini sebetulnya masih belum siap untuk mengajar kembali."
Informasi yang tersebar bahwa pada tanggal 7 oktober 2019 akan di aktifkan kembali kegiatan belajar mengajar di papua.

"Diri ini sebenarnya masih trauma tetapi apa daya jika saya di panggil kembali untuk mengajar di salah satu SD di papua dan juga saya berfikir jika saya tidak kembali mengajar maka dampak negatifnya adalah siswa-siswi tersebut akan terhambat tentang materi pembelajarannya yang sikian hari ini diliburkan kegiatan belajarnya" ucap damaris.

Dan dia juga berkata demikian "kita harus mengaktifkan kegiatan pembelajarannya kembali seperti semula, yaa meskipun harus menunggu siswanya datang ke sekolah untuk belajar."

Harry Hikmat selaku Direktur jenderal perlindungan dan jaminan kementerian ini menegaskan bahwa sekolah akan aktif kembali pada senin 7 oktober 2019 yang di bantu oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan besama kemensos agar sekolah dan tempat pendidikan lain bisa kembali aktif seperti semula.

Di waktu yang sama willy menegaskan "kami akan merapatkan seluruh guru dan kami akan membantu mereka untuk menghilangkan rasa trauma yang dulu yang sampek skarang mungkin masih mereka rasakan. Karena jika tidak, mereka tidak akan fokus dalam mengajar siswa-siswinya di sekolah."

Karena kerusuhan di wamena pada tanggal 23 september 2019 lalu, kementerian sosial mendukung dan membantu bagi siapa saja yang merasakan trauma dengan cara memberikan psikososial hususnya kepada siswa dan guru diwamena.

Kegiatan ini berupa permainan, menari dan lain-lain bagi anak-anak sedangkan sharing-sharing/menambah wawasan sekalipun memberikan segala kelu kesahnya ini  hususnya bagi orang dewasa, ini bertujuan agar peserta dapat bersenang-senang dan menghilangkan rasa traumanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline