Lihat ke Halaman Asli

Ahok vs Teman Saya

Diperbarui: 17 April 2016   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: KOMPAS.com/Kurnia Sari Aziza"][/caption]Jika Anda praktisi game sepak bola, PES atau FIFA misalnya, bisa jadi Anda akan sangat bosan jika terus-terusan menang melawan komputer atau seluruh gamers lain yang pernah Anda temui. Sialnya, Anda belum juga terkalahkan. Sudah tidak ada langit di atas Anda!

Saya memiliki teman yang menurut saya sangat yang bermain game bola.  Entah saya yang bodoh, atau memang teman saya yang begitu pandai, kenyataannya saya tak pernah mengalahkannya.

Kami hidup di sebuah desa yang masih menganggap Play Station II  (PS 2) sebagai mainan yang elit dan modern. Sebuah anggapan yang pantas pada waktu itu, mengingat desa saya yang sinyal HP baru masuk. Tahun 2004-an.

Hadirnya PS 2 mengharuskan saya move on dari PS 1. Awalnya masih tidak asik. Terlalu pelan untuk dimainkan. Saya coba balikan ke PS 1, namun sial mata saya menjadi tidak bersahabat. Gambarnya bergetar. Saya menduga karena beberapa hari sebelumnya telah bermain game bola di rental PS 2. Alhasil, saya harus beradaptasi dengan PS 2. Perubahan mutlak untuk diikuti.

Kembali ke teman saya. Ia adalah ikon manusia game. Rental PS yang hanya beberapa di desa dikuasainya. Bukan hanya game bola, tetapi semua game yang tersedia ia jagonya. Terpaksa saya berurusan dengannya karena kehlian bermain game bola saya selalu tumbang olehnya.

Ia adalah sosok yang, maaf, tidak kaya. Di rumahnya, hanya ada teve 14 in yang bahkan tidak bisa untuk dicolokin PS. Artinya ia menjadi jago PS bukan karena punya PS sendiri di rumah. Lantas, bagaimana ia menjadi jago PS itulah pertanyaannya.

Benar saja ia menjadi jagoan game. Setelah saya telusuri dan perhatikan, ia memiliki kedekatan emosional dengan yang punya rental. Tidak sampai di situ saja, ia bahkan memiliki kedekatan dengan para pelanggan rental. Semua rental PS yang ada.

Mudah saja baginya untuk melakukan pendekatan emosional. Dengan bakatnya itu, ia menawarkan jasa untuk memainkan game dari petualangan hingga game jenis olah raga, seperti balapan dan sepak bola. Kurang lebih redaksinya begini, “Gak ngunu maine, ndelok tak maekne, ngene lho.” (Nggak gitu mainnya, sini saya mainin, gini loh).

Dan sialnya, ia selau berhasil. Ironinya, si penyewa PS riang gembira ketika game petualangan yang dimainkan teman saya berhasil melalui rintangan. Nggak sadar, tulisan timer di pojok kiri bawah layar menunjukkan  tinggal 1 menit lagi. Kasihan deh..

Ingin Mengalahkan

Selain game petualangan yang berjenis one player, game-game arcade yang two player pun ia tuntaskan. Sebagai remaja muda yang gemar bermain game, kemampuannya yang luar biasa itu membuat saya sangat bernafsu untuk menumbangkannya. Demi kepentingan saya, saya rela mengeluarkan uang untuk menyewa PS. Dan mengajaknya bertanding. Game bola, kesukaan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline