[caption caption="gambar: aaynda.blogspot.com"][/caption]Bicara kepentingan erat kaitannya dengan metode. Tentu saja pemilik kepentingan adalah orang-orang yang memiliki tujuan. Baik tujuan besar, maupun tujuan-tujuan kecil.
Kepentingan melahirkan metode. Metode beragam pula jenisnya. Pendeknya, jenis metode terbagi menjadi dua: mikro dan makro.
Metode makro sebagaimana Anda ingin mengambil harta karun dengan cara menggali tanah. Metode mikronya Anda bisa menggali dengan cangkul, linggis, bor, atau alat lainnya.
Metode merupakan cara untuk sampai kepada tujuan. Dalam konteks seni, metode bisa merupakan karya yang digunakan untuk menyampaikan ekspresi dan maksud kepada halayak. Dalam penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah.
Lha, kini, saya ingin bicara tentang salah satu alat untuk mencapai kesepakatan. Salah satu metode untuk sampai pada tujuan, yaitu penyamaan simbolis.
Kesamaan Simbolis
Jika Anda kebetulan tergabung dalam satu kelompok oragnisasi, Anda kemungkinan besar akan tahu orang-orang yang—walaupun belum Anda kenal—juga bergabung dengan organisasi Anda. Mengapa?
Identitas akan selalu muncul di sebuah perkumpulan, paguyuban, organisasi, atau kelompok-kelompok komunal lainmya. Misalnya panggilan saudara ketika di GMNI, sahabat ketika di PMII, atau rakanda ketika di HMI.
Secara otomatis, untuk menlancarkan kepentingan, seseorang akan menggali kesamaan dengan orang lain untuk mendukung kepentingannya. Dalam hal ini, kesamaan memiliki pengaruh besar sebagai teknik persuasi.
Dengan mencari kesamaan antara kedua belah pihak, kesempatan untuk berjalan di satu jalur terbuka lebar. Termasuk mencari-cari kesamaan simbolis, bukan hanya kesamaan visi misi.
Ketika teman Anda memanggil Anda dengan sebutan tertentu, cuk misalnya, secara emosional Anda akan menjadi sangat akrab karena Anda sama-sama dari Surabaya yang merantau di kota lain.