Prolog Indah :
"Kuberikan semua beban ini pada hujan yang akan datang sebentar lagi.
Berharap hujan memberikan anugerah pelangi setelah itu.amien"
Faisal Fariz :
hempaskan hujan pada waduk-waduk agar kita berjenaka lalu tertawa menonton parodi hidup dipanggung bumi ; berjudul "masalah".
Indah Prayodya :
baiklah, sekuat petir dan misteri hujan dihari ini. aku tak mmpu ikut dalam kejenakaan itu, namun hanya mampu menyaksikan dramadrama panggung yang penuh dengan masalah. ntah dan kapan aku bisa seperti pelakupelaku itu.
Faisal Fariz :
masih ragu, padahal pelaku itu ikutimu dan mendramakan masalahmu yang naskahnya tlah diskenariokan panggung kemarin. lalu hanya melabelkan tontonan itu dengan masalah, jadikannya pantomim agar girang dengan ganasnya memakan konsentrasi. bicaralah dengan pati di layar selularmu," sampaikan bahwa kau terbebani".
Indah Prayodya :
aku tak pernah menoleh padanya. aku hanya melihat sebuah gumpalan rekayasa skenario. gak seperti kenyataan yang aku tulis pada malam bersama bulan. seperti aku terpatung di depan pantomim yg msh terus mendramakan hidupku. semoga udara yg kuhirup kan keluar membawa konsentrasi ini pada layar selulerku,.sampai aku mendapatkan sinyal jawaban yang melukiskan senyumku kembali. seperti dulu.
Faisal Fariz :
tolehan ragu lalu melihat konsep rekayasanya. pantomim berazaskan manfaat dengan dramamu, hingga diammu dikumpulkannya. asa konsentrasi bernaung diperasaan yang membatu bersama deretan tanda senyum, hingga aku bingung bersama tulisan.
Indah Prayodya :
ntah apa yang membuat rekayasa itu. aku tak sangka dan tak mampu mencoretnya.kemanfaat itu bersembunyi dalam sebuah rangkaian lagu terindah, sehingga aku tak sanggup berperasaan. senyumku akan membentengi kegelisahan perihku. dan hnya tulisan yang kan menguras semua asa pilu ini.
Faisal Fariz :
Masih juga dia bersembunyi dibalik lagu, padahal esok tlah indah seperti indah aslinya. silatar berasal kayu dan layar itu tempatmu bersanding mencoret asa.
Indah Prayodya :
tak mampu aku bertindak seperti itu, aku telah nyata dalam asa. hanya berharap jiwaku kan dibawa oleh lagu indah itu.
Faisal Fariz :
masih tetap termangu pada halte asa. Lihat, kendaraan hilir mudik menawarimu, hingga itu mengajakmu menyatu. Lalu berkomposer atau hanya mendendangkan tanpa birama pasti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H