Lihat ke Halaman Asli

Faisal Basri

TERVERIFIKASI

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Kecenderungan Baru Dunia: Suku Bunga Negatif

Diperbarui: 5 Februari 2016   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), Jumat minggu lalu (29/1) menerapkan kebijakan suku bunga negatif terhadap deposit lembaga keuangan yang ditempatkan di BOJ. Langkah terakhir itu diharapkan bisa melemahkan yen, memacu konsumsi, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tahun lalu hanya 0,6 persen. Namun, sejak pengumuman yang tak terduga itu, justru nilai tukar yen menguat. Hampir tak ada lagi peluru tersisa untuk menggairahkan perekonomian.

Jepang mengikuti langkah Bank Sentral Eropa (European Central Bank) yang lebih dulu menerapkan suku bunga negatif. Bank sentral Denmark, Swiss, dan Swedia juga demikian.

Bagaimana dengan Bank sentral AS (The Fed)? Pada Desember lalu, The Fed akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis point menjadi 0,5 persen. Tersirat dalam pernyataan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga secara bertahap.

Awal tahun ini lebih banyak berita kurang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan IV-2015 hanya 0,7 persen, turun tajam dibandingkan triwulan III-2015 sebesar 2,0 persen dan triwulan I-2015 sebesar 3,9 persen. The Fed juga khawatir perekonomian dunia yang tertekan bakal berimbas pada perekonomian AS. Mulai nyaring suara-suara AS mengalami ancaman resesi.

Alih-alih akan kembali menaikkan suku bunga, hari-hari belakangan ini muncul wacana suku bunga negatif juga di AS.

Bagaimana dampak kebijakan suku bunga negatif yang diterapkan sejumlah bank sentral negara maju terhadap Indonesia? Rasanya Bank Indonesia perlu memikirkan ulang langkah-langkahnya selama ini.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline