Lihat ke Halaman Asli

Faisal Basri

TERVERIFIKASI

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Renminbi Makin Berkibar

Diperbarui: 16 Januari 2016   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thomsonreuters.com

Dewan Eksekutif IMF pada 30 November 2015 menuntaskan tinjauan atas keranjang mata uang Special Drawing Right (SDR). Mereka sepakat memasukkan mata uang Tiongkok, renminbi, sebagai mata uang kelima dalam keranjang SDR yang berlaku efektif mulai 1 Oktober 2016.

Masuknya Chinese renminbi dalam keranjang SDR mengubah komposisi atau bobot empat mata uang yang sampai sekarang menjadi acuan SDR. Bobot keempatnya turun. Dollar AS mengalami penurunan paling kecil, sedangkan euro turun paling tajam.

Renminbi langsung menduduki posisi ketiga. Sepantasnya memang demikian mengingat perekonomian Tiongkok merupakan yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Euro bisa bertengger di posisi kedua karena menjadi mata uang bersama 18 dari 28 negara anggota Uni Eropa.

Renminbi dipandang telah memenuhi syarat untuk masuk keranjang SDR. Mata uang yang dijuluki redback ini semakin banyak digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi global. Pada Januari 2013, renminbi baru berada di posisi ke-13. Setahun kemudian melonjak ke urutan ketujuh. Per Agustus 2015 naik lagi ke posisi keempat dengan porsi 22 persen. Nilai transaksi dalam renminbi hanya dikalahkan oleh dollar AS, euro, dan pound sterling. Menurut beberapa perkiraan, pada tahun 2050 transaksi dengan renminbi akan mencapai 50 persen dari seluruh transaksi di dunia (lihat "Red Carpet for the Redback," Nikkei Asian Review, No. 105, December 7-13, 2015, hal. 22-25).

Mata uang dua negara ASEAN masuk dalam 13 besar dunia, yaitu baht Thailand di urutan ke-10 dan dollar Singapura di urutan ke-11.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline