Lihat ke Halaman Asli

Faisal Basri

TERVERIFIKASI

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Seri Pemilu: Demokrasi Prosedural Unggul, Demokrasi Substansial Jadi Tantangan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

d-th

Tiga pemilihan umum pasca reformasi selalu menimbulkan banyak masalah teknis seperti daftar pemilih tetap, keterlambatan pengiriman logistik, kecurangan sewaktu pencoblosan dan penghitungan suara, pelanggaran masa kampanye, politik uang, tinta penanda, korupsi penyelenggara pemilu, dan banyak lagi. Namun, yang patut disyukuri, persoalan-persoalan teknis prosedural itu terselesaikan sehingga tak pernah sampai mengganggu jadwal pemilu hingga pelantikan anggota DPR, DPRD, DPD, presiden dan wakil presiden. Ada pihak yang merasa dicurangi, namun tak pernah ada yang menyampaikan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Di beberapa negara  tetangga dekat kita, demokrasi prosedural masih menjadi persoalan pelik, menegangkan, dan berpepanjangan. Hingga kini Thailand bergejolak. Perdana Menteri sudah terpilih, tetapi dalam waktu relatif singkat sejumlah kalangan menggoyang penguasa hasil pemilu. Lalu tumbang, partai sang penguasa dibubarkan dan tidak boleh ikut pemilu. Perdana Menteri mengasingkan diri ke luar negeri. Adik perdana menteri membentuk partai baru dan memenangkan pemilu selanjutnya. Lalu digoyang lagi. Perdana Menteri yang sekarang membubarkan parlemen dan menetapkan pemilu dipercepat. Sebagian rakyat tak puas, meminta perdana menteri mundur. Kisruh berkepanjangan. Pemimpin oposisi Kamboja, Sam Rainsy, dan pengikutnya tak menerima hasil pemilu dan masih terus turun ke jalan. Semakin gegap gempita setelah kaum buruh juga ikut berdemonstrasi menuntut kenaikan upah. Mereka mendukung pemimpin oposisi yang menuduh rezim Hun Sen curang dalam pemilu. Pengaduan disampaikan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di Malaysia, walaupun sudah meredup, kelompok oposisi pimpinan Anwar Ibrahim juga menolak hasil pemilu. Perlawanan terbesar sepanjang sejarah demokrasi Malaysia hingga tahun lalu.

d-cam

d-mal

Peristiwa di Mesir lebih dramatis. Presiden hasil pemilhan umum langsung akhirnya tumbang. Militer secara kasat mata terlibat. Partai yang memenangi pemilu dinyatakan sebagai teroris oleh penguasa baru dukungan militer. Dalam dua minggu 400 nyawa lenyap. Peristiwa di Turki agak mirip. Beruntung pemimpin berkuasa tetap bisa  bertahan. Militer sejauh ini tidak bermain di air keruh.

d-egyp

d-tur

Tinggal bagaimana kita bisa menghasilkan para pemimpin yang mampu membawa negeri ini menuju kesejahteraan rakyatnya, menegakkan keadilan, dan membuat bangsa ini tak lagi terantuk-antuk oleh goncangan eksternal dan internal yang kian kerap terjadi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline