Aku malu menghajat namamu dalam do'a ku.
Seakan-akan aku mendikte kuasa Tuhan ku.
Seakan tak yakin soal apa yang ia pilihkan padaku,
tak yakin bahwa itulah yang terbaik bagiku. Seakan memang
harus engkau saja yang disanding kan dengan ku.
Khilaf bahwa mungkin yang dihajatkan tak lebih dari yang di takdirkan.
Karena itulah, betapa sungkan aku menagih-nagih. Tapi aku
mencoba berbaik sangka saja bahwa Allah pun tahu, sebab dia
memang akan selalu tahu yang tersembunyi atau yang di ucap oleh bibir.
Cukup lah kuhati-hatikan hajatku, agar memang nafi derita. Bukankah
banyak yang memaksa-maksa tapi akhirnya malah melodrama nasibnya.