Lihat ke Halaman Asli

Fais Adrian

Tidak ada

Cabut Dikejar Satpam

Diperbarui: 22 September 2024   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*Cabut Dikejar Satpam*

Hari itu, Dika merasa terjebak dalam rutinitas sekolah yang membosankan. Suasana kelas yang monoton, tumpukan tugas yang menumpuk, dan guru yang terus mengulang pelajaran membuatnya merasa seolah hidup dalam penjara. Saat bel istirahat berbunyi, dia merasakan gelora dalam dirinya. Kebebasan luar sana memanggilnya.

Dengan tekad yang membara, Dika melangkah keluar dari kelas. Dia tahu ada pagar rendah di belakang sekolah yang bisa dilompati. Saat mendekati pagar, jantungnya berdegup kencang. “Akhirnya, saatnya untuk bebas,” bisiknya, meski hatinya bergetar.

Dika mengumpulkan semua keberaniannya. Dia melompat, tetapi saat kakinya menyentuh pagar, dia kehilangan keseimbangan. “Awas!” teriaknya dalam hati, merasakan tubuhnya terhuyung. Dalam momen yang terasa lambat, dia meraih tepi pagar, berusaha menstabilkan diri. Namun, sebatang besi tajam menyenggol lengannya, menggigit kulitnya hingga mengeluarkan darah.

“Ahh!” Dika mengerang pelan, rasa sakit menjalar, tetapi tidak ada waktu untuk merasa lemah. Dengan satu lompatan terakhir, dia berhasil melompati pagar, mendarat di tanah dengan sedikit terhuyung.

Saat berbalik, dia melihat bayangan Pak Rudi, satpam sekolah, muncul di belakang pagar. “Dika! Berhenti!” teriaknya dengan suara menggelegar. Ketakutan menyelimuti Dika, dan adrenalinnya memacu untuk berlari lebih cepat.

“Buru-buru!” teriak Dika pada dirinya sendiri, melesat menuju taman kota yang berdekatan. Suara langkah Pak Rudi semakin mendekat, menambah rasa takut yang menghimpit dirinya. “Aku tidak bisa tertangkap!” teriaknya dalam hati.

“Dia tidak akan bisa lari dari saya!” teriak Pak Rudi, suaranya menggema di antara pepohonan. Dika merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya, suara Pak Rudi seperti halilintar yang mengancam.

Dalam keputusasaan, Dika melihat sebuah gudang kosong di sudut jalan. Tanpa berpikir panjang, dia berlari masuk dan bersembunyi di balik tumpukan barang. Dia menahan napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang menderu, telinganya mendengar suara langkah mendekat.

Pak Rudi tiba di dekat gudang, suaranya penuh amarah. “Dika! Keluar sekarang! Jangan buat saya mencarimu sampai ke ujung dunia!” Suaranya menggema, menciptakan ketegangan yang menusuk.

Setiap detik yang berlalu terasa seperti jam. Dika berdoa dalam hati, “Semoga dia pergi.” Namun, Pak Rudi terus memeriksa dengan ketelitian yang menakutkan. “Kalau saya menemukannya, kamu akan menyesal!” ancamnya, suaranya penuh dengan nada yang menakutkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline