Lihat ke Halaman Asli

Faisa Amanta Binar Mumtaz

Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Kemegahan Benteng Van der Wijck

Diperbarui: 10 Juni 2024   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benteng Van der Wijck terletak di Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Benteng Van der Wijck dibangun oleh arsitek Islam pada tahun 1827. Pada awalnya, benteng ini disebut Benteng Cochius, diambil dari nama Letnan Frans David Cochius,seorang komandan Belanda pada abad ke-19, yang memiliki gelar kebangsawanan "Van der Wijck". Benteng ini merupakan bagian penting dari rangkaian Benteng Stelsel, yang digunakan Belanda untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa (1825--1830). Benteng ini awalnya digunakan sebagai kantor VOC untuk kepentingan perdagangan, tetapi kemudian digunakan sebagai kantor pertahanan dan militer Belanda.

Benteng ini kemudian diubah menjadi Pupillen School, sebuah sekolah militer untuk anak-anak Belanda dan pribumi campuran pada tahun 1847. Nama benteng kemudian diubah menjadi Benteng Van der Wijck untuk menghormati Jenderal Van Der Wijck, komandan KNIL yang menggantikan Cochius.Benteng Van der Wijck digunakan sebagai tempat latihan tentara PETA (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi militer Indonesia yang dibentuk oleh Jepang untuk menghadapi sekutu. Saat ini, Jepang menggunakan cat hitam untuk menutupi tulisan Belanda.

Agresi Militer pada Juli 1947 membawa Belanda kembali ke Gombong. Selanjutnya, Belanda membangun garis batas, juga disebut garis Demarkasi Van Mook, di antara wilayah kekuasaan Belanda dan Indonesia. Kompleks Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai pusat pertahanan utama untuk menghadapi pasukan Republik Indonesia yang berada di timur Sungai Kemit.

Kompleks benteng digunakan oleh Angkatan Darat TNI setelah Belanda meninggalkan Indonesia. Sejak tahun 2000 silam, Benteng Van Der Wijck dikembangkan sebagai daya tarik wisata oleh investor swasta. Sekarang memiliki banyak fasilitas, seperti permainan untuk anak-anak, gedung pertemuan, dan hotel wisata yang mempertahankan arsitektur asli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline