Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Otak Belajar (Fais)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Otak merupakan organ penting yang ada pada tubuh. Semua kejadian ingatan terekam dengan baik di otak. Sebenarnya bagaimana otak itu belajar dan bagaimana proses penyimpanan memori pada otak. Serta apa saja yang mempengaruhi kerja otak.

Di dalam otak terdapat neuron yang bertanggung jawab atas pemrosesan informasi yang dikonversi melalui sinyal-sinyal kimiawi menjadi sinyal elektrik dan kemudian kembali lagi. Penelitian baru mengemukakan bahwa dapat ditumbuhkan sel-sel otak baru , setidaknya pada satu bagian otak yang disebut hipokampus. Pertumbuhan neuronal di dalam hipokampus mungkin saja merupakan akibat dari adanya latihan, baik aktivitas fisik maupun ketika berpartisipasi dalam aktivitas berpikir yang kompleks, dan atau mendapat stimulasi mental yang intens.

Perkembangan otak tidak berjalan begitu saja tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nutrisi, gen, sifat, pengalaman, teman.Makanan yang bernutrisi tentu saja membantu dalam perkembangan otak. Orang yang sering makan makanan yang bergisi tentu saja perkembangan otaknya akan berkembanga lebih baik dibandingkan orang yang tidak makan makanan bernutrisi. Begitu pula faktor-faktor lain yang membedakan.

Dalam pembelajaran sendiri terdapat tahapan-tahapan penting. Tahapan tersebut antara lain akuisisi, elaborasi, dan formasi memori. Tahapan yang pertama adalah akuisisis. Akuisisi merupakan penerimaan input sensori. Tahap akuisi adalah sebuah tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-neuron itu saling berbicara satu sama lain. Sumber untuk akuisi ini tidak pernah berkahir, seperti diskusi, perkuliahan, pengalaman praktis, pengalaman visual, vidio, dan lainnya. Namun perlu diingat bahwa tahap pencapaian koneksi ini tergantung dengan pengetahuan sebelumnya untuk membuat koneksi yang diperlukan.

Tahapan yang kedua adalah elaborasi. Pada tahap ini Koneksi sinaptik otak dapat dibuat kemudian meghilang. Ini karena pembelajaran siswa akan melemah jika inputnya tidak didorong. Untuk dapat mengingat sesuatu masih dibutuhkan elaborasi untuk memastikan bahwa otak tetap menjaga koneksi-koneksi sinaptik yang diciptakan dari pembelajaran baru. Untuk pemahamn yang diberikan guru terhadap siswa atas apa yang mereka pelajari ini dibutuhkan strategi pembelajaran eksplisit dan implisit.Strategi pembelajaran eksplisit dapat berupa diskusi membaca dan mendengarkan sedangkan pada strategi pembelajaran implisit dapat berupa simulasi, proyek teater serta kunjungan lapangan.

Tahapan yang ketiga adalah formasi memori. Pada tahapan ini kadangkala meskipun pembelajar telah diberikan banyak kesempatan unuk berinteraksi dan bereksperimen, jejak memori masih belum dapat diaktifkan pada saat ujian. Ada factor-faktor tambahan yang berkonstribusi terhadap pembangkitan kembali meliputi istirahat yang cukup, intensitas emosi, konteks, nutrisi, kuantitas dan kualitas penggabungan, tahap perkembangan, kondisi pembelajaran, dan pembelajaran sebelumnya. Semua factor penyandian ini memainkan peranan penting dalam pemrosesan dan pembelajaran yang terjadi.

Dari tahapan-tahapan pembelajaran di atas dapat diperoleh pemahaman yang lebih mudah sebagai berikut. Pada tahapan akuisisi yang merupakan tahapan pemasukan informasi awal. Selanjutnya pada tahapan elaborasi di mana proses penguatan berlangsung agar tidak langsung terbuang oleh otak. Yang terakhir Formasi memori, di mana faktor-faktor seperti emosi, nutrisi, kondisi pembelajaran juga berpengaruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline