Pernahkah kalian saat bertemu orang dengan penampilan yang elegan lalu kalian berfikir jika orang tersebut adalah orang yang memiliki banyak uang? Atau saat kalian bertemu wanita yang berpenampilan menarik lalu kalian akan berpikir jika dia adalah seseorang yang dapat dipercaya? Nah, itu merupakan bentuk dari Halo effect.
Halo effect sendiri merupakan penilaian terhadap objek atau seseorang yang berasal dari kesan pertama atau first impression kita. Ini termasuk bias kognitif yang kerap terjadi di setiap individu atau bahkan kelompok. Biasanya, jika diawal kita menilai orang secara negatif maka perasaan kita juga akan ikut negatif, begitupun sebaliknya. Jika kita menilai orang di awal secara positif, maka perasaan kita terhadap orang tersebut juga ikut menjadi positif. Padahal apa yang kita fikirkan itu belum tentu benar adanya. Dengan persepsi ini, terkadang kita seperti memberi penghakiman kepada orang lain.
Untuk mengurangi asumsi negatif yang sering timbul karena adanya halo effect ini, kita perlu melakukan interaksi sosial agar dapat membuktikan bahwa asumsi yang kita miliki ini benar atau tidak. Jika kita terus percaya kepada asumsi yang kita miliki tanpa mau melakukan interaksi terhadap orang tersebut maka ini akan menimbulkan kesalahpahaman saat asumsi yang kita miliki itu merupakan asumsi negatif.
Perspektif negatif yang timbul kadang disebut dengan "devil effect", namun sebutan tersebut dianalogikan terlalu jauh. Sehingga sebaiknya tetap menggunakan sebutan halo effect untuk kedua perspektif tersebut.
Selain melakukan interaksi sosial, kita juga perlu memberi peringatan kepada diri kita sendiri agar tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan dan mencoba memposisikan diri kita sendiri terhadap orang-orang yang sering kita beri asumsi negatif yang berasal dari pengaruh halo effect.
Untuk memulai semua itu, tentunya kita harus lebih terbuka dengan keadaan sekitar atau lebih memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat terjadi daripada apa yang kita pikirkan. Karena setiap orang memiliki karakter serta pemikiran yang berbeda yang mana kedua hal tersebut belum tentu bisa kita nilai semata-mata hanya dari penampilannya saja.
Referensi :
Hariyadi, S. (2021, February 5). Fenomena Halo Effect dalam Realitas Kehidupan -- PSIKOLOGI UNNES. PSIKOLOGI UNNES. Retrieved December 3, 2022, from https://psikologi.unnes.ac.id/fenomena-halo-effect-dalam-realitas-kehidupan/#
Nielsen, J. (2013, November 9). Halo Effect: Definition and Impact on Web User Experience. Nielsen Norman Group. Retrieved December 3, 2022, from https://www.nngroup.com/articles/halo-effect/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H