Stunting, sebuah isu kesehatan yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia, mempengaruhi 1 dari 3 anak balita, seperti dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada 2022. Kondisi ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak, yang pada jangka panjang dapat berdampak pada kualitas sumber daya manusia negara. Meskipun berbagai upaya intervensi telah dilakukan, termasuk kampanye kesehatan dan pemberian makanan tambahan, kenyataannya banyak ibu masih kurang mendapatkan akses yang mudah dan praktis untuk memahami pentingnya gizi bagi anak-anak mereka. Di sinilah teknologi memainkan peran penting.
Artikel berjudul "Aplikasi Resep Makanan Bergizi Membantu Pencegahan Stunting Menggunakan Metodologi Agile Framework Scrum" yang ditulis oleh Ridwan Setiawan, Asri Mulyani, Galih Muhammad Ramdan, dan Fikri Fahru Roji (2024), menawarkan solusi melalui pengembangan aplikasi resep makanan bergizi berbasis mobile. Aplikasi ini tidak hanya memberikan resep makanan yang sehat, tetapi juga dilengkapi dengan kalkulator gizi dan edukasi mengenai stunting. Menariknya, pengembangan aplikasi ini dilakukan dengan metodologi Agile, khususnya menggunakan framework Scrum, yang memungkinkan fleksibilitas dalam merespons perubahan kebutuhan pengguna.
Penelitian ini membuktikan bahwa teknologi dapat diintegrasikan ke dalam upaya pencegahan stunting. Aplikasi ini membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting dan gizi balita, yang merupakan faktor penting dalam pencegahan stunting. Diuji dengan metode yang ketat, aplikasi ini berhasil dirampungkan dalam waktu 61 hari atau setara dengan 487 jam kerja. Keberhasilan ini menunjukkan potensi besar dari aplikasi digital untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat, khususnya stunting, di Indonesia.
Salah satu aspek paling menarik dari aplikasi ini adalah penggunaan metodologi Agile dengan framework Scrum. Agile telah lama dikenal sebagai pendekatan yang fleksibel dalam pengembangan perangkat lunak, di mana tim dapat merespons perubahan dengan cepat. Dalam pengembangan aplikasi resep makanan ini, Scrum diterapkan dengan sangat baik, mulai dari tahapan perencanaan backlog hingga sprint eksekusi. Dengan memanfaatkan alat seperti GitHub Project, tim pengembang berhasil melacak tugas, menetapkan prioritas, dan mengeksekusi fitur aplikasi dalam tiga sprint utama. Sebagai hasilnya, mereka mampu menyelesaikan pengembangan aplikasi sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan.
Data menunjukkan bahwa pengembangan aplikasi dilakukan dalam tiga siklus sprint, dengan waktu total sekitar 487 jam atau 61 hari kerja. Setiap sprint berhasil menyelesaikan bagian-bagian penting dari aplikasi, termasuk fitur login, pencarian resep, kalkulator stunting, dan sistem pengelolaan profil pengguna. Melalui proses sprint ini, aplikasi dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna yang berubah secara dinamis. Hasil uji coba menunjukkan bahwa aplikasi berjalan dengan baik dan telah diuji menggunakan metode black box testing, yang memverifikasi apakah semua fitur sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Keunggulan lainnya dari aplikasi ini adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebutuhan pengguna, khususnya para ibu yang sering kali kesulitan dalam menemukan informasi mengenai gizi anak dan stunting. Aplikasi ini menyediakan fitur edukatif seperti artikel dan infografis yang menyederhanakan informasi kompleks tentang gizi anak, sehingga mudah dipahami oleh pengguna awam. Ini adalah langkah penting mengingat data UNICEF pada 2021 menunjukkan bahwa sekitar 22% dari total 149,2 juta anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia mengalami stunting. Dengan akses yang mudah melalui smartphone, aplikasi ini memungkinkan ibu-ibu di seluruh Indonesia mendapatkan panduan gizi yang sesuai dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan RI dan UNICEF.
Lebih lanjut, aplikasi ini menawarkan nilai tambah melalui fitur kalkulator gizi, yang memungkinkan pengguna menghitung status gizi balita berdasarkan parameter seperti usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Fitur ini tidak hanya mendidik ibu tentang status kesehatan anak mereka, tetapi juga memberikan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki asupan gizi anak jika terdeteksi adanya risiko stunting. Dengan demikian, aplikasi ini menjadi alat intervensi langsung yang dapat membantu pemerintah mencapai target penurunan stunting nasional, yang menurut data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2022, telah mencapai prevalensi sebesar 21,6%.
Aplikasi resep makanan bergizi yang dikembangkan menggunakan metodologi Agile dan framework Scrum ini merupakan inovasi yang sangat potensial dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia. Dengan pendekatan yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan pengguna, aplikasi ini berhasil menyatukan teknologi dan kesehatan dalam satu platform yang mudah diakses oleh ibu-ibu di seluruh Indonesia. Keberhasilan dalam pengembangan, baik dari segi waktu maupun fungsionalitas, menunjukkan bahwa metode pengembangan perangkat lunak modern seperti Agile dan Scrum dapat memberikan dampak nyata dalam proyek-proyek kesehatan masyarakat.
Penerapan aplikasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pengintegrasian teknologi mobile untuk penanganan masalah gizi dan kesehatan anak di Indonesia. Dengan fitur-fitur seperti kalkulator gizi dan edukasi yang komprehensif, aplikasi ini berpotensi membantu menurunkan angka stunting di Indonesia yang masih berada di angka 21,6% pada tahun 2022. Untuk pengembangan ke depan, penambahan fitur yang lebih personal dan integrasi dengan layanan kesehatan lokal akan semakin memperkuat efektivitas aplikasi ini dalam membantu masyarakat menjaga kesehatan anak-anak mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H