Lihat ke Halaman Asli

Fairuz Fadhilah

Fairuz Fadhilah

Tau Huruf Hijaiyah Darinya

Diperbarui: 29 Mei 2022   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai guys kembali lagi dengan aku, kali ini aku bakal cerita -- cerita lagi hihi. Udah cerita keberapa ini kira -- kira?  Yuhu udah cerita ke 8 bestie. Ga terasa yaa kalian udah mau membaca ceritaku udah dari 6 bulan yang lalu, nemenin akuu setengah tahun huhu. Setelah aku cerita tentang teman dekat, ibu, bapak, tempat beribadah gereja, vihara, orang miskin, tradisi ramadhan. Nah kali ini aku bakal cerita tentang orang yang sangat berjasa banget, karena nya aku mengerti cara belajar mengaji, mengerti tentang indahnya islam, dan belajar tentang dunia dan akhirat. Who is he? Yuhu beliau adalah guru mengaji ku. Ustadz Hendra namanya. Aku mengaji di sebuah langgar yang agak jauh jaraknya dar rumah namun masih satu desa. Pak Hendra memiliki santri yang sangat banyak mulai dari balita yang hanya sekedar ikut kakaknya hingga SMA. Saat itu aku masih SD, dari jilid 1 sampai khatam. Ngaji nya dimulai paa pukul 14.00 sampai jam 16.00 kemudian jam 16.00 sampai sholat isya. Jadi ketika mengaji kami sekalian sholat berjamaah. Sangking banyaknya santri yang mengaji disana sampai -- sampai sesi mengaji nya pun dibuat 2 sesi. Namanya juga di perkampungan pasti banyak bocil -- bocil yang hanya sekedar ikut mengaji.

Awalnya aku ikut temen untuk pergi mengaji saat SD, pada saat itu aku sedang tidak ikut TPQ alias berhenti, karena TPQ sebelumnya sudah tutup dikarenakan anak -- anak yang disana sudah tidak ada lagi yang mengaji. Karena diperumahanku anak kecilnya sangat dikit dan lama kelamaan mereka masuk SD yang fullday sehingga pulangnya sore dan sudah ada TPQ nya akhirnya aku pun keluar. Kemudian temen SD aku menyarankan aku dan mengajakku untuk mengaji bersama di TPQ "Baitul Jannah" tepatnya di Dusun Bengkingan. Teman aku yang mengajak kebetulann dia adalah teman dekatku Daffa namanya, kita akrab karena kalau pulang sekolah selaluu di jemput paling akhir, sehingga kami selalu bermain bareng di sekolah.

Akhirnya di suatu hari aku ikut dia untuk mengaji, dan aku shock betul, maklum anak perumahan tiba -- tiba ke kampung jadi kaya gimana gitu ya bund agak excited karena rame dan banyak kawan, yang notabenya anak perumahan jarang main alias sepi betul. Akhirnya aku mengaji dimulai dari jilid 1, tidak hanya Pak Hendra yang mengajar ternyata istrinya pun ikut mengajar, bahkann santri yang sudah lulus pun ikut mengajar karena sangking banyaknya santri yang mengaji. Pak Hendra adalah orang yang sangat suka bergurau namun beliau sangat tegas dalam mengoreksi ketika mengaji. Teamn -- teman pun suka deg -- deg an ketika Pak Hendra yang me murojaah wkwk. Beliau biasanya ketika kami mengaji membawa tongkat untuk mengetuk seberapa panjang harokat pada bacaannya agar ketika membaca kami tepat. Disana kami tidak hanya mengaji, namun juga belajat tajwid -- tajwid dan harus menghafalkannya karena terkadang tiba -- tiba selalu ada ujian yang mendadak.

Di TPQ Baitul Jannah juka sudah menyediakan makanan seperti pentol dan jelly susu, tidak lupa juga menyediakan ATK (alat tulis kantor) tujuannya agar ketika santri sudah masuk ke area TPQ tidak keluar lagi menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, karena sebelumnya sering  terjadi santri -- santri yang ketika di jemput santrinya tidak ada. Namun, ada saja santri yang lcik yuhu aku contohnya, terkadang aku dan temen -- temen sembunyi -- sembunyi pergi ke warung atau toko untuk beli -- beli makanan yang tidak ada di kantin TPQ, seperti sosis, tela -- tela balado, es cekek atau yang lainnya, pada saat itu jantung kita sangat di uji agar tidak ketahuan olehh ustadz atau ustadzah ketika kami kabur. Namun ada saja teman -- teman yang cepu kepada ustadz atau ustadzah, namanya juga bocil *nangis banget kalo diinget, pengen ngakak HAHAHA. Tetapi ustadzah sangat sabar tidak pernah memarahi kami ketika kami jajan diluar, Cuma sekedar diingatkan agar hati -- hati dan cepat -- cepat balik ke lanngar.

Acara yang dilakukan di TPQ Baitul Jannah tidak hanya mengaji, namun ada juga maulid nabi yag dimana semua mahasantri wajib datang dan membawa buah -- buahan atau kue untuk saling tukar menukar, dan juga sholawatan. Dan juga di langgar baitul jannah ada kegitan khas yang dilakukan yaitu khataman, dimana santri yang khatam akan di karak eh apa ya namanya, kaya disambut gitulah, jadi kami yang khatam naik becak tetapi becaknya dihiasi dengan bunga -- bunga lalu santri yang tidak khatam tetap ikut dengan naik kereta -- kereta an rutenya pergi ke rumah santri -- santri yang khatam, sedangkan santri yang khatam memberi kue atau bingkisan kepada santri yang ikut, diberinya ketika sudah sampai ke rumah yang khatam. Ada juga santri yang yg sholawatan, sehingga ketika berjalan kami juga membaca sholawat seperti karnaval lah. Dan alhamdulillah aku bisa mengikuti kesempatan terrsebut pada saat aku kelas 4 SD, sebelum khataman tentunya kami di tes terlebih dahulu , mengenai bacaan tajwid dan itu di tes oleh Pak Hendra apa tidak deg2an huu. Namun ketika khataman diadakan pada malam hari santri -- santri membawa obor, wuu seruu, tetapi kesempatanku pada saat itu sore hari, tetapi alhamdulillah Allah kasih kesempatan untuk khatam di umurku yang masih kecil saat itu 10 tahun. Terimakasih kepada ustadz ku Hendra sdh mengajariku banyak ilmu tentang agama, semoga berkah aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline