Lihat ke Halaman Asli

Fairo Bagoes

Freelancer

5 Department Store yang Sudah Bangkrut di Indonesia

Diperbarui: 6 September 2023   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Unsplash

Industri ritel di Indonesia telah mengalami banyak perubahan selama beberapa dekade terakhir. Di antara perubahan-perubahan tersebut adalah penutupan beberapa department store terkenal. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lima department store yang telah bangkrut di Indonesia, melihat penyebab kebangkrutan mereka, serta dampaknya pada pasar ritel di negara ini dibantu dengan referensi dari Emzeth International.

1. Giant

Giant, yang merupakan bagian dari Grup Hero, adalah salah satu supermarket terkemuka di Indonesia. Namun, pada tahun 2019, Hero Group mengumumkan kebangkrutan Giant, yang pada akhirnya mengakibatkan penutupan sebagian besar gerai Giant di seluruh Indonesia. Penyebabnya termasuk persaingan sengit dalam bisnis supermarket dan masalah keuangan internal.

2. Matahari

Matahari, sebuah department store dengan sejarah panjang di Indonesia, juga mengalami kesulitan keuangan. Penyebabnya termasuk perubahan tren belanja konsumen, di mana lebih banyak orang beralih ke belanja online daripada berbelanja langsung di toko fisik. Pada tahun 2018, Matahari mengumumkan penutupan beberapa gerainya.

3. Ramayana

Ramayana, dengan cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh Indonesia, adalah salah satu department store terkemuka di tanah air. Sayangnya, persaingan yang ketat dan perubahan perilaku konsumen menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan. Pada tahun 2020, Ramayana mengajukan bangkrut.

4. Centro

Centro adalah department store yang dikenal dengan produk-produk fashionnya. Salah satu faktor yang menyebabkan kebangkrutan Centro adalah persaingan yang kuat dari merek fashion online yang semakin populer. Pada tahun 2017, Centro mengumumkan penutupan sejumlah gerainya.

5. Gramedia

Gramedia, yang awalnya dikenal sebagai toko buku, juga memiliki departemen ritelnya sendiri. Faktor yang menyebabkan kesulitan Gramedia antara lain perubahan dalam industri buku dan persaingan dalam penjualan barang-barang ritel. Perusahaan ini juga menghadapi tantangan selama pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, Gramedia mengalami perubahan kepemilikan dan restrukturisasi bisnisnya.

Dampak Penutupan Department Store di Indonesia

Penutupan department store di Indonesia memiliki dampak yang signifikan pada pasar ritel dan ekonomi negara ini. Dampak-dampak tersebut meliputi:

  • Hilangnya Lapangan Kerja: Penutupan department store mengakibatkan hilangnya ribuan lapangan kerja bagi karyawan di seluruh Indonesia.
  • Perubahan Lanskap Ritel: Perubahan dalam cara orang berbelanja, dengan lebih banyaknya orang yang beralih ke belanja online daripada berbelanja di toko fisik.
  • Perubahan Properti: Banyak properti toko yang ditinggalkan oleh department store yang bangkrut, menghadirkan tantangan baru dalam pemanfaatan kembali properti ini.

Penutupan department store terkemuka di Indonesia menunjukkan bahwa industri ritel adalah lingkungan yang berubah cepat. Persaingan yang ketat, perubahan tren konsumen, dan masalah internal adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan-perusahaan ini. Dampak penutupan department store ini terasa luas dalam ekonomi dan cara orang berbelanja. Masyarakat dan industri ritel di Indonesia terus beradaptasi dengan perubahan ini, mencari cara untuk terus berkembang dalam lingkungan bisnis yang dinamis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline