Cinta bukan hanya ucapan semata, bukan sekedar klaim atas sebuah rasa, bukan pengakuan yang terucap dari lisan, melainkan cinta harus dilalui dengan pembuktian.
Seorang ibu tentu dan sudah pasti sangat mencinta buah hati yang baru dilahirkannya, seorang ayah sangat terharu kepada buah hati yg baru saja diadzankannya, kemudian mendidikan dan mengasuh hingga dewasa dengan penuh pengorbanan.
Seorang anak yang mencintai kedua orangtua dengan penuh keniscayaan, senantiasa patuh, bakti, dan mendoakan dalam setiap untaian permintaan kepada Sang Pencipta. Inilah sekelumit bentuk sebuah pembuktian dari kalimat yang bernama cinta.
Ketika seorang anak mencinta ayahanda nya, maka segala bentuk kegiatan dan aktivitas ayah nya pasti ia akan mengikuti dan menjadi peniru yang handal, apalagi bila ia melihat ayah nya menjadi sosok yang dikagumi dan memberikan keteladanan baik dalam kehidupan seorang anak. Maka diantara bentuk cinta adalah ittiba' (mengikuti), taat dan berpegang teguh pada petunjuk atau risalah. Sebuah syair indah mengatakan:
"Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya"
kepada orangtua yang telah banyak memberikan kita banyak kebaikan dan pengharapan dalam kehidupan saja kita begitu mencintainya, maka bagaimana cinta kita kepada Nabi Muhammad , yang dengan nya kita mampu menjalani kehidupan dengan cahaya islam, yang dengannya kita hidup dan dengannya pula kita mati, dan dengan namanya itu kita kelak akan dihidupkan kembali.
Manusia Agung nan Mulia yang Allah SWT hadirkan sebagai penolong kita dalam menjalani kehidupan singkat yang penuh kefanaan. Allah SWT memuliakan-nya kelak, dan hanya beliau yang mampu memberikan syafaat kepada manusia di mahsyar.
Suatu ketika Abu Hurairah memasuki Madinah setelah Rosululloh telah wafat, kemudian ia melihat sekeliling kota lalu meneteslah air matanya, sahabat yang berada disebelahnya bertanya, "kenapa engkau menangis wahai sahabat Rosulullah?" Abu Hurairah menjawab dengan suara yang bergetar dan air mata yang tak kunjung henti, "Gunung itu dulu menjadi saksi akan hadir nya manusia Mulia, Jalan di kota ini menjadi saksi atas tapak kaki manusia Agung, dan seluruh kota ini adalah tempat dimana aku berjalan bersama manusia terbaik yakni Rosululloh ." Ujar Abu Hurairah yang terus mengalir air mata membasahi wajahnya.
Begitu besar kecintaan para sahabat kepada Rosululloh , mereka saling berebut dalam memberikan pelayanan terbaiknya kepada beliau, begitu banyak kisah heroik akan pembuktiaan cinta kepada baginda. Sudah sewajarnya kita harus mencintai Rosululloh lebih dari apapun namun tentunya setelah cinta kita kepada Allah SWT.
Suatu ketika setelah sholat subuh berjamaah, Rosululloh berjalan dengan Umar ibn Khoththab, sambil menyentuh pundaknya dan Rosululloh bertanya kepada sahabatnya ini, "wahai Umar, siapakah manusia yang engkau cintai?" tanya Rosululloh kepada Umar, kemudian Umar diam sejenak dan berkata "Orangtua ku wahai Nabi" kemudian Rosululloh mengatakan "tidak wahai umar" kemudian Umar pulang dengan rasa hati yang mengganjal seakan ada yang salah dari ucapannya barusan, selama sehari semalam Umar merasa tidak enak hati, dan ketika malam barulah Umar teringat dan tersadar akan firman Allah Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. Al-Hujuraat : 1]