AIR, BAGAIMANA KABARMU?
Sejatinya alam sudah didesain sesempurna mungkin oleh sang maha kuasa untuk menunjang kehidupan makhluk hidup didalamnya. Namun rusaknya alam yang disebabkan keserakahan manusia mempersulit dirinya dengan berputar pada masalah yang tiada hentinya.
Dewasa ini komoditas pertambangan bagaikan suatu bunga desa cantik jelita yang siapapun terpikat olehnya. Apalagi iming2 kesejahteraan ekonomi yang dijanjikan pada setiap pihak yang memperolehnyat, tak khayal jika hal itu menjadi pemicu munculnya perselisihan hingga konflik bagi siapapun pihak yang menyentuhnya. Namun sepertinya hal itu hanyalah sementara, dimana "AIR" akan menggantikan kedudukan sang cantik jelita.
Semua makhluk hidup membutuhkan air, namun hingga saat ini air belum dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting. Lalu, apakah kita menunggu hingga datang pada masa dimana air benar-benar menjadi suatu yang langka untuk membuat kita sadar. Ingatkah kita dimana sesuatu yang langka akan diperebutkan dan akan memicu sebuah perselisihan hingga konflik??? Disitulah pentingnya dimana kita harus sadar sejak kini.
Volume air di Bumi
Menurut Dr Neil Mcintyre dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Institut Grantham untuk Perubahan Iklim, Imperial College London, ada sekitar 98 persen komposisi air di bumi merupakan air asin dan hanya 2 persen yang merupakan air segar yang dapat dikonsumsi.
Dari angka 2 persen tersebut, sekitar 70 persen merupakan salju dan es, 30 persen merupakan air tanah, kurang dari 0,5 persen merupakan air permukaan seperti sungai dan danau, dan kurang dari 0,05 persen merupakan kandungan atmosfer. Komposisi air tanah merupakan satu-satunya komoditas air bersih yang terjangkau, karena letaknya tersebar di bawah daratan dangkal, atau lebih tepatnya pada lapisan akuifer. Sedikit sekali kan?
Urgensi Air di Yogyakarta
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melihat permasalahan sumber daya air di Provinsi DI Yogyakarta perlu menggunakan berbagai macam pendekatan. Hal itu karena masalah sumber daya air yang ada di Yogya sudah semakin kompleks, tidak hanya mengalami penurunan jumlah, namun juga kualitas yang semakin memburuk.
Dari sisi penurunan kuantitas air dipengaruhi oleh banyak faktor. Hutan yang yang di jarah, alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian, dan pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang dapat menyebabkan hilangnya area resapan. Sebuah pernyataan klise yang semua orang tau, akan tetapi tidak sadar bahwa itu sebuah bom waktu yang dapat mengusik zona nyaman sang manusia dan makhluk hidup lainya.
Penurunan kuantitas air itu bisa semakin parah jika pembangunan hotel dan mall semakin tak terkendali. Berdasarkan informasi dari Statistik Kepariwisataan DIY tahun 2015, terdapat 64 hotel berbintang dengan 5478 jumlah kamar dan 561 Hotel non bintang dengan jumlah kamar sebanyak 10.963. Dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang. Jika tidak dikendalikan, pembangunan ini akan semakin bertambah dan akan mengancam ketersediaan air Yogyakarta.