Lihat ke Halaman Asli

Sapu Terbang

Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sapu Terbang
cerita anak oleh Faiq Aminuddi

Hari masih pagi. Siti bangun tidur. Dia masih ingat cerita ibu tadi malam. Cerita tentang penyihir dan sapu terbang. Ya, sapu yang bisa terbang. Siti ingin naik sapu terbang. Melayang-melayang di langit. Berputar-putar di atas atap rumah.

Siti berjalan ke luar kamar. Di ruang tengah, ayah sedang menyapu. Siti melihat sapu itu bergerak maju mundur. Di lantai ada kertas, bungkus permen, batang korek api, dan debu. Sampah-sampah itu dikumpulkan dengan sapu lalu didorong ke dalam sekop. Selesai menyapu, Ayah pergi ke dapur. Siti bertanya dalam hati, "Mengapa ayah tidak terbang dengan sapu?"

Siti mengambil sapu. Siti menyeret sapu ke halaman. Tangan Siti memegang tangkai sapu. Siti berdiri di atas rambut sapu.

"Ayo terbang."

Siti berpegangan pada tangkai sapu. Kuat sekali. Dia takut jatuh.

"Enak juga naik sapu". Siti melihat langit. Dia ingin terbang ke atas sana. Tangkai sapu ditarik ke atas. 

"Mengapa sapu ini tidak bisa terbang tinggi? Mungkin aku harus terbang ke atas atap rumah. Istirahat di atas atap sebentar kemudian terbang lagi ke langit.

Siti melihat burung terbang di langit. Ada yang putih ada yang hitam. Burung-burung terbang melayang-layang dan berputar-putar. Di atas pohon nangka itu ada burung. Siti mendengar kicaunya.

"Selamat pagi, Burung. Boleh Aku bertamu ke rumahmu? Kamu sudah sarapan?"

Burung itu berkicau sambil melompat-lompat. Siti memutar tangkai sapu. Sekarang sapu menghadap ke pohon nangka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline