Lihat ke Halaman Asli

Fainal Wirawan

Dokter yang sangat peduli dengan pencegahan penyakit

Apakah Tata Laksana Pencegahan TBC yang Ada Masih Relevan?

Diperbarui: 16 Januari 2022   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru-paru. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC adalah penyakit menular paling mematikan di dunia setelah COVID-19, merenggut lebih dari 1,5 juta jiwa pada tahun 2020.

Ketika pandemi COVID-19 mengganggu akses pelayanan kesehatan dan rantai pasokan di seluruh dunia, diperkirakan 5,8 juta orang didiagnosis menderita TBC pada tahun 2020. Tetapi WHO memperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi.

Dalam pengendalian penyakit apapun, faktor pencegahan memegang peran yang sangat penting. Ada idiom “prevention is better than cure”, lebih baik mencegah daripada mengobati. Pada umumnya pencegahan lebih murah, mudah dan praktis daripada pengobatan yang membutuhkan beberapa tahapan, yaitu mulai dari diagnosis (menggunakan bantuan laboratorium, alat pencitraan seperti rontgen, MRI, dan lain-lain), perawatan, hingga rehabilitasi medik. Biaya dan waktu yang terbuang lebih banyak, belum lagi penderitaan yang dialami pasien.

Logika berpikir pencegahan dan pengendalian  infeksi (PPI)

Melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, perlu terlebih dahulu diketahui mikroba penyebab penyakit tersebut (virus, bakteri, jamur, parasite dll), cara penularan ke manusia, gejala penyakit, masa inkubasi, serta cara diagnosis.

TBC sudah lama dikenal, seharusnya sudah dapat dicegah dan diobati secara optimal, namun kenyataanya angka prevalensi, kesakitan dan kematian masih tinggi. Anggaran yang dikeluarkan untuk pengendalian TBC sangat besar, bahkan partisipasi masyarakat, organisasi non pemerintah maupun bantuan luar negeri juga sudah banyak dikeluarkan. Sosialisasi pencegahan, managemen pengendalian penyakit di kabupaten/kota juga sudah dibuat dan dilaksanakan. Indonesia berkomitmen eliminasi TBC tahun 2030, apakah bisa tercapai?

Salah satu faktor penentu keberhasilan adalah pencegahan yang harus diimplementasi dengan baik. Merujuk sumber dari Kementerian Kesehatan, pedoman pencegahan TBC telah disosialisasikan ke fasilitas pelayanan dan masyarakat umum. Namun apakah cara pencegahannya masih relevan?

 

 

 

Pencegahan TBC 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline