Saya pikir judul di atas sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Pasalnya, apa betul dunia tidak butuh anak-anak yang jago dalam menghafal?
Disini saya hanya ingin mengulas sedikit, betapa di dalam praktek pengajaran materi pendidikan agama Islam, khususnya di pesantren paling awal sekali adalah menghafal kitab-kitab dasar yang dapat menjadi pegangan untuk fase pengajaran selanjutnya. Semisal, menghafal kitab dasar nahwu, awamil jurjani, Jurmiyah, amriti, alfiyah. Belum lagi hafalan-hafalan al Quran.
Begitu juga para ahli tafsir, rasanya tidak mungkin seorang ahli tafsir, tapi tidak hafal al Quran. Ditambah lagi kalau ada yang pernah belajar kimia, pasti harus menghafal rumus-rumus simbol kimia.
Nah, menurut pandangan saya pribadi, rasanya menghafal itu sesuatu yang dibutuhkan, akan tetapi, tingkatannya setelah menghafal baru kemudian kemampuannya ditingkatkan, seperti bisa menganalisa dengan pemahaman materi yang sudah dihafalnya, tidak mentok cukup dengan menghafal.
Oleh karena itu, rasanya menghafal, mampu memahami & menganalisa materi dengan baik itu tidak bisa saling dipisahkan satu sama lain. Keduanya punya perbedaan karakteristik pembelajaran masing-masing.
Dengan demikian, revolusi pembelajaran mesti disadari oleh setiap pendidik, agar kebutuhan pembelajaran bagi peserta didik bisa dipahami dengan baik agar dapat menggali potensi-potensi yang terpendam dan belum terungkap.
Selamat belajar, galilah potensi peserta didik semaksimal mungkin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H