Anak ADHD bukanlah kutukan!
Seperti yang kita tahu, masyarakat di jaman modern ini mulai lebih memperhatikan kesehatan mereka agar dapat mengurangi resiko terjangkit penyakit yang bisa datang kapan saja. Banyak orang yang mulai memperhatikan gizi makanan yang dikonsumsinya, membatasi mengonsumsi bahan-bahan tertentu, rajin berolahraga dan juga menyempatkan waktu untuk melakukan refreshing dengan caranya masing-masing. Semua hal tersebut dilakukan untuk dapat menjaga kesehatan baik luar maupun dalam. Selain itu, masyarakat di jaman sekarang ini sudah lebih maju dalam berpikir dan juga lebih terbuka dalam urusan kesehatan mental, yang sebelumnya terkesan selalu diabaikan dan menjadi sebuah aib yang ditutup rapat-rapat agar tidak sampai diketahui oleh orang lain. Namun beruntungnya, teknologi informasi yang begitu cepat serta para tenaga medis yang bekerja dengan lebih akurat dapat membantu orang-orang dengan gangguan mental untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna meminimalisir dampak yang didapatkan dari penyakit mental yang menjangkitinya. Penyakit mental tidak hanya dapat menjangkiti orang-orang yang sudah bekerja saja atau dalam fase dewasa awal, namun hal ini juga dapat terjadi pada anak-anak. Salah satu penyakit mental yang seringkali menjangkiti anak-anak ialah penyakit ADHD. Sebenarnya apa ADHD itu?
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah sebuah gangguan mental yang dapat menjangkiti anak-anak. Gangguan ADHD ini dapat menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, memiliki perilaku yang impulsif dan juga hiperaktif,, dan juga mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. gangguan ADHD ini dapat mempengaruhi prestasi belajar anak ADHD di sekolah. Gangguan mental ini dapat membuat anak yang memiliki ADHD akan mengalami kesulitan dalam memperhatikan sesuatu saat sedang belajar, membaca, atau melakukan aktivitas lainnya yang biasanya membutuhkan konsentrasi.
ADHD sebenarnya adalah gangguan paling umum yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak, gejala-gejala yang terlihat pada masa kanak-kanak seringkali tidak dapat menjadi tanda pada anak yang mengalami gangguan ADHD, dikarenakan banyak yang mengira hal tersebut lumrah saja dilakukan oleh anak-anak, terlebih jika mereka masih dalam tahap pertumbuhan. Namun, jika kita dapat lebih jeli memperhatikan anak, maka kita akan menemukan perbedaan antara anak ADHD dengan anak normal lainnya. Anak normal biasanya juga melakukan hal-hal yang bisa menjadi gejala awal pengidap ADHD, seperti hiperaktif, kesulitan untuk fokus pada satu hal, atau bahkan tidak dapat tenang pada satu waktu tertentu, namun dengan intensitas yang normal atau rendah, sedangkan anak yang mengidap gangguan mental ADHD akan mengalami masalah-masalah tersebut dengan intensitas yang lebih tinggi daripada yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Hal ini pasti membuat anak-anak mengalami gangguan pemusatan konsentrasi pada saat yang diperlukan. Hal-hal seperti ini banyak sekali terjadi, bermula dari pemakluman tingkah pada usia anak-anak dan juga pengamatan terhadap tumbuh kembang anak yang dianggap kurang, dapat memperkecil peluang orang tua atau keluarga dekat sang anak untuk menyadari keganjilan ini, hingga akhirnya gangguan ini baru akan terdeteksi atau terdiagnosa ketika anak-anak ADHD sudah mulai beranjak dewasa. Selain itu, beberapa sumber juga menyebutkan jika gangguan mental ADHD ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. ADHD memiliki 3 jenis yang berbeda, sesuai dengan gejala khusus yang lebih banyak mendominasi pada suatu individu, diantaranya ialah ADHD innatentive type, ADHD impulsive /hyperactive type, dan ADHD combined type. Ketiga jenis ADHD ini memiliki kriteria tertentu yang dapat lebih banyak mempengaruhi seorang individu.
Pada umumnya, gejala ADHD ini dapat mulai dirasakan oleh anak saat mereka berusia dibawah 12 tahun, namun dalam beberapa kasus ADHD bahkan sudah dapat terdeteksi sejak usia 3 tahun. Kondisi ini tentunya akan sangat berdampak pada kehidupan sosial maupun prestasi anak ketika di sekolah. Mereka akan kesulitan dalam memahami pelajaran dan juga berkonsentrasi pada mata pelajaran yang sedang diajarkan. Oleh sebab itu, seorang anak ADHD harus ditangani dengan tepat oleh guru yang mengajarinya, agar anak yang mengalami gangguan ADHD dapat mengikuti pembelajaran di sekolah.
Yang pertama dan yang paling penting adalah adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara orangtua dengan guru di sekolah. Hal ini dapat menjadi solusi untuk dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan juga tidak oleh anaknya, sehingga pihak sekolah dapat menemukan dan juga menerapkan metode pembelajaran yang tepat.
Yang kedua adalah membantu anak-anak ADHD untuk bisa menemukan bakat serta kelebihannya, karena kedua hal ini bukanlah hal yang bisa membedakan antara anak normal dengan anak ADHD. Anak ADHD juga memiliki kelebihan, meskipun sayangnya banyak dari mereka yang merasa tidak percaya diri dan juga merasa depresi karena mereka seringkali mendapatkan cap sebagai anak yang tidak bisa diam, berisik dan bisa menjadi sangat mengganggu di saat-saat tertentu. Tugas guru disini adalah mendampingi anak ADHD agar dapat menggali kemampuan dan juga minat mereka untuk bisa dikembangkan, sehingga mereka dapat sukses dengan bakatnya tersebut.
Yang ketiga ialah jangan menuntut. Seringkali orang tua meminta anak untuk dapat melakukan banyak hal pasti akan merasa tertekan dan juga tidak nyaman. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi anak-anak ADHD, terlebih mereka memiliki 'sedikit' perbedaan dengan anak normal lainnya. Anak ADHD membutuhkan bimbingan untuk dapat memulai atau berkonsisten terhadap kegiatan belajarnya dengan cara dibimbing secara perlahan oleh guru di sekolah maupun orang terdekatnya di rumah, tanpa menuntut mereka untuk bisa mendapatkan nilai tinggi atau bahkan juara di kelas.
Banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk dapat menangani anak-anak dengan gangguan ADHD. Mereka mungkin belum bisa sembuh, karena obat yang dapat menyembuhkan gangguan ini masih belum ditemukan,namun setidaknya ia adalah anak-anak yang membutuhkan bimbingan, arahan, dan juga bantuan dari orang-orang terdekatnya, sehingga mereka tidak merasa dikucilkan atau malah dijauhi karena penyakit mentalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H