Lihat ke Halaman Asli

Fahimatul Fikriyah

mahasiswi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Masa Kanak-kanak dan Belajar Asosiasistik

Diperbarui: 7 Oktober 2022   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa kanak -- kanak dan belajar asosiasistik

Seperti yang kita ketahui, masa kanak - kanak adalah masa pembentukan dan juga pertumbuhan seorang individu., dari umur paling muda hingga kemudian menjadi dewasa dan lanjut usia. Banyak orang yang mengatakan jika pada masa kanak - kanak inilah yang menentukan bagaimana individu tersebut akan bersikap atau bertingkah laku di kemudian hari, karena otak anak - anak jauh lebih banyak menghapal dan juga mengamati kebiasaan -- kebiasaan yang ada di sekitarnya dan kemudian menerapkannya dalam kegiatan yang ia lakukan. Anak justru lebih banyak meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa yang ada di lingkungannya secara terus menerus.

Dalam mendidik anak, sudah pasti membutuhkan ketelatenan yang luar biasa dan juga kesabaran yang ekstra, mengapa? Karena anak -- anak kebanyakan lebih tertarik untuk bermain tanpa mau diajak untuk mempelajari sesuatu. Hal ini yang kemudian harus dipertimbangkan untuk mengajak anak agar mau belajar namun tetap dengan permainan, sehingga anak tersebut tidak merasa tertekan ataupun terbebani yang dapat berimbas pada masa depannya nanti. Karena sering ditekan dan juga dipaksa untuk belajar, maka di fase dewasanya nanti ada kemungkinan jika anak tersebut malah akan membenci kegiatan belajar,karena mereka memiliki pengalaman buruj soal belajar.

Oleh karenanya, para orangtua harus mulai memberikan stimulus untuk merangsang daya pikir anak tanpa anak itu sadari, sehingga kegiatan pembelajaran dan juga waktu bermain anak dapat berdampingan dan mungkin terasa menyenangkan untuk anak -- anak se -- usia mereka yang sedang dalam fase mempelajari banyak hal. Pembelajaran pada anak usia dini pastinya akan dibebeankan kepada orangtua,  karena orangtua -- lah yang menjadi guru pertama dalam masa tumbuh kembang anak, apapun yang akan diajari oleh orangtua tersebut pada anaknya dan segala perlakuan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya, maka akan nerdampak pada masa depan dan juga pola pikirnya nanti. Oleh karenanya, untuk bisa memastikan jika anak -- anak mendapatkan pembelajaran yang tepat dengan hasil sesuai dengan tujuan, maka orang tua harus mulai menata strategi guna membuat proses belajar mengajar tersebut terasa menyenangkan oleh anak -- anak, tanpa harus membebaninya dan juga membuatnya merasa tertekan.  Salah satu metode yang mungkin dapat diterapkan adalah metode asosiasi.

Metode asosiasi sendiri berarti pemberian stimulus secara terus menerus untuk bisa mendapatkan respon dari objek yang dituju, meskipun stimulus yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya akan diberikan kepada anak tersebut.Contohnya adalah pemberian reward dalam setiap kali pertanyaan dengan jawaban yang benar.

Dalam belajar, seseorang pasti ingin diapresiasi atas usahanya atau pencapaian yang telah dia lakukan, salah satunya adalah pujian atau pemberian reward dari si penanya ke yang menjawab.

Contohnya adalah dalam kondisi berikut. Awal mulanya, anak -- anak pasti hanya akan tertarik apabila hadiah coklat dipamerkan oleh orangtuanya dan tidak akan tertarik apabila orangtuanya mengajukan pertanyaan seputar hal -- hal yang dia ketahui atau sedang ia pelajari sekarang. Namun kemudian , orangtuanya mulai memberikan stimulus dengan pemberian coklat pada jawaban yang benar dan tidak memberikannya pada jawaban yang salah atau kurang tepat. Dalam hal ini, mulanya anak tidak akan menyadari jika pemberian coklat yang diberikan oleh orangtuanya merupakan sebuah stimulus. Stimulus ini akan dilakukan selama berhari-hari dan terus menerus, hingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi anak tersebut.

Karena adanya stimulus yang diberikan setiap hari oleh orang dewasa yang ada di lingkungan sekitarnya inilh yang kemudian membuat karakter dan juga kebiasaan seorang individu yang sudah tercipta menjadi terganti. Anak- anak yang awalnya tidak memberikan respon apapun pada tiap pertanyaan, tiba -- tiba membuat suatu perbedaan. Hal ini ia lakukan agar ia mendapat coklat tersebut dan juga pujian dari kedua orangtuanya karena berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Artinya apa? Seorang anak apabila diberikan stimulus secara terus menerus akan mengalami perubahan, dari yang tidak memberikan respon apapun , berubah menjadi sangat antusias dan mulai mau belajar banyak, karena reward yang ia harapkan di rasa sebanding dengan usahanya dalam melakukan hal tersebut. Inilah yang kemudian dianggap sebagai penerapan cara belajar asosiasi. Tidak hanya otak yang dipacu, namun juga reflek kita dalam menanggapi sesuatu.

Teori belajar ini memberikan gambaran jika seorang individu bisa menunjukkan respon yang berbeda apabila hal tersebut dilakukan secara berulang dan dalam tempo yang singkat. Andai saja anak tadi berhasil menjawab pertanyaan, namun kemudia orangtuanya memberikan jeda waktu yang lama sebelum pemberian reward tersebut, maka anak tadi mungkin tidak akan mau untuk menjawab pertanyaan dengan benar karena jeda waktu yang lama makan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam diri anak, sehingga kebiasaan yang dibangun nantinya bisa saja dilupakan dan juga tidak digunakan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline