Kiprah Toyota indonesia dalam memberikan sumbangsihnya untuk negeri ini sudah mencapai seperempat abad. Perusahaan yang berasal dari negeri matahari terbit ini beroperasi di Indonesia melalui dua perusahaan, yaitu PT.Toyota Astra Motor (TAM) dan PT.Toyota Manufacturing Indonesia (TMMIN), sudah dikenal sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) terbesar di Indonesia pada saat ini. Banyak prestasi yang telah di raih oleh perusahaan yang bergerak di bidang otomotif tersebut, prestasi ini tentu tidak di raih dengan mudah, banyak kendala yang di hadapi untuk tetap memberikan yang terbaik.
Siang itu saya menghadiri acara nangkring Kompasiana peluncuran buku “Perubahan tiada henti 25 tahun perjalanan QCC Toyota Indonesia : Membangun manusia sebelum membuat produk” yang di tulis oleh Joice Tauris Santi dan 15 orang tim penulis. Peluncuran buku terbitan Kompas tersebut di adakan pada hari Selasa tanggal 16 agustus tahun 2016, di Ruang Ruby lantai 7 gedung Kompas Gramedia Jl.Palmerah Barat nomor 29-34 Jakarta Pusat.
Acara tersebut di pandu oleh presenter cantik kompas Tv Cindy Sistyarani dan menghadirkan pembicara yaitu Joice Tauris Santi Selaku wartawan harian Kompas sekaligus tim penulis, Henry Tanoto Wapresdir Toyota Astra Motor (TAM), Warih Andang Tjahjono Wapresdir Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Budiman Tanuredjo Pemimpin Redaksi Kompas, James Luhulima Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, Abdul Mukti QCC Expert, Jajaran direksi Toyota Indonesia dan perwakilan dari berbagai pihak termasuk kompasianer. Acara ini terlihat formal karena panitia menetapkan peraturan dress code batik bagi perempuan dan batik lengan panjang bagi laki-laki.
Joice, Selaku penulis menjelaskan mengenai salah satu kunci keberhasilan Toyota Idnonesia yaitu terletak pada budaya semangat perbaikan terus-menerus (Kaizen) dan pentingnya kegiatan Quality Control Circle (QCC).
Filosofi Kaizen
Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang berarti penyempurnaan, dalam arti lain bermakna perbaikan terus-menerus atau perbaikan yang berkesinambungan, yang diterapkan dalam hal kualitas, teknologi, proses, produktifitas, keselamatan, kepemimpinan dan budaya perusahaan yang diterapkan oleh Toyota Indonesia dengan melibatkan seluruh pegawai mulai dari tingkat manajemen sampai tingkat karyawan.
Quality Control Circle (QCC)
QCC yang lebih dikenal dengan gugus kendali mutu merupakan bentuk pengendalian mutu yang dilakukan oleh suatu kelompok kecil yang dengan sukarela melaksnakaan kegiatan pengendalian mutu ditempat kerja yang melakukan pekerjaannya secara berkesinambungan sebagai bagian dari program di seluruh perusahaan dibidang pengendalian mutu, pengembangan diri, pendidikan bersama, pengendalian arus dan penyempurnaan ditempat kerja. Penerapan semangat Kaizen yang di padukan dengan pelaksanaan kegiatan QCC itulah yang senantiasa mengiringi kesuksesan Toyota Indonesia selama 25 tahun.
Metode QCC tidak hanya dapat di terapkan pada industri sebesar Toyota Indonesia saja, melainkan dapat juga di aplikasikan pada permasalahan yang ada disekitar kita, karena penerapannya tidak hanya terfokus menangani masalah besar dan rumit saja akan tetapi dapat juga menjadi solusi bagi permasalahan yang dianggap remeh sekalipun.
Seperti yang telah dilakukan oleh Toyota yang bekerjasama dengan sekolah SMK Al Muslim di bekasi pada program kaizen goes to school. Penerapan QCC dalam Pemecahan masalahan mengenai seringnya terjadi kehilangan Pulpen di dalam kelas, tentu masalah tersebut juga sering kita alami semasa kecil di sekolah, walaupun terlihat remeh dan lumrah ternyata dengan metode QCC masalah lumrah tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
Bagaimana caranya? Caranya dengan membuat ketentuan dalam hal penyimpanan dan peminjaman Pulpen, setiap Pulpen diberi lebel lalu di buat satu tempat penyimpanannya di kelas, setelah itu semua siswa diwajibkan untuk menaruh Pulpennya di tempat yang telah di sediakan ketika sudah tidak menggunakannya, sehingga Pulpen mudah di temukan pada saat ingin di gunakan kembali. Solusi ini terbukti dapat mengurangi kehilangan Pulpen di kelas yang terutama sering dialami oleh siswa laki-laki. Selain itu, setelah di laksanakannya aktivitas QCC di sekolah terbukti tingkat remedial anak di sekolah dapat ditekan dan penggunaan air wudhu di mushalla sekolah juga bisa dihemat.